TEAMWORK
Kerja sama dalam kehidupan
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu manusia ingin diperhatikan, dihormati dan didahulukan kepentingannya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu ingin berkumpul dengan manusia yang lain. Aristoteles menamakan hal ini sebagai zoon politicon artinya makhluk yang selalu ingin hidup berkelompok dan sesamanya. Berdasarkan konsep tersebut, lahirlah hubungan kerja sama manusia satu dengan lainnya. Manusia atau bangsa tidak dapat lepas dari hubungan kerja sama dengan manusia atau bangsa lain. Hal ini membuktikan bahwa kerja sama benar-benar hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Kerja tim didefinisikan dalam Kamus Merriam-Webster
sebagai "pekerjaan yang dilakukan oleh asosiasi beberapa satu sama
melakukan bagian tetapi semua mensubordinasi keunggulan pribadi untuk efisiensi
keseluruhan."
Para peneliti mengidentifikasi 10 proses kerja sama tim yang terbagi dalam tiga kategori:
Transisi proses (antara periode tindakan)
- Misi analisis
- Tujuan spesifikasi
- Strategi perumusan
Aksi proses (ketika tim berusaha untuk mencapai maksud dan tujuannya)
- Pemantauan kemajuan menuju tujuan
- Sistem pemantauan
- Tim monitoring dan perilaku cadangan
- Koordinasi
Interpersonal proses (hadir dalam kedua periode aksi dan periode transisi)
- Manajemen konflik
- Motivasi dan membangun kepercayaan
- Mempengaruhi manajemen
Keuntungan dan kerugian dari kerja sama tim
Keuntungan
Kerja tim dapat menyebabkan keputusan yang lebih baik, produk, atau jasa. Kualitas kerja tim dapat diukur dengan menganalisis enam komponen berikut kolaborasi antara anggota tim: komunikasi, koordinasi, keseimbangan kontribusi anggota, saling mendukung, usaha, dan kohesi. Dalam sebuah penelitian, kerja sama tim kualitas yang diukur dengan cara ini berkorelasi dengan kinerja tim di bidang efektivitas (yaitu, menghasilkan kualitas kerja yang tinggi) dan efisiensi (yaitu, pertemuan jadwal dan anggaran).
Kekurangan
Teamwork memiliki “efek yang tidak diinginkan fermentasi permusuhan menuju tujuan manajerial membuat tim sepenuhnya swa-kelola." Ada potensi dari "kemalasan sosial" (yaitu, seseorang yang melakukan pekerjaan kurang dalam tim daripada apa yang dia biasanya akan tidak bekerja secara individual). Dalam rangka meminimalkan kemalasan sosial, manajemen dapat membuat kinerja individu lebih terlihat saat dalam suasana tim. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk tim yang lebih kecil, yang mengkhususkan tugas-tugas tertentu kepada individu tertentu, dan pengukuran kinerja individu. Kemalasan sosial juga dapat dikurangi dengan meningkatkan motivasi karyawan, dengan memilih karyawan yang sebelumnya telah menunjukkan diri mereka termotivasi, dan meningkatkan pengayaan pekerjaan.
Teamwork memiliki “efek yang tidak diinginkan fermentasi permusuhan menuju tujuan manajerial membuat tim sepenuhnya swa-kelola." Ada potensi dari "kemalasan sosial" (yaitu, seseorang yang melakukan pekerjaan kurang dalam tim daripada apa yang dia biasanya akan tidak bekerja secara individual). Dalam rangka meminimalkan kemalasan sosial, manajemen dapat membuat kinerja individu lebih terlihat saat dalam suasana tim. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk tim yang lebih kecil, yang mengkhususkan tugas-tugas tertentu kepada individu tertentu, dan pengukuran kinerja individu. Kemalasan sosial juga dapat dikurangi dengan meningkatkan motivasi karyawan, dengan memilih karyawan yang sebelumnya telah menunjukkan diri mereka termotivasi, dan meningkatkan pengayaan pekerjaan.
Definisi Kelompok dan Tim dalam
Organisasi
Kelompok
dan Tim adalah dua konsep berbeda. Kelompok
atau group didefinisikan
sebagai dua atau lebih individu yang saling bergantung dan bekerjasama, yang
secara bersama berupaya mencapai tujuan. Kelompok
kerja (work group)
adalah kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi terutama untuk saling
berbagi informasi untuk membuat keputusan guna membantu satu sama lain dalam
wilayah kewenangannya masing-masing.
Kelompok
kerja tidak memiliki kebutuhan ataupun
kesempatan untuk terlibat di dalam kerja kolektif yang memerlukan upaya
gabungan dari seluruh anggota tim. Akibatnya, kinerja mereka sekadar kumpulan
kontribusi parsial dari seluruh individu anggota kelompok. Tidak ada sinergi
positif yang menciptakan tingkat kinerja keseluruhan yang lebih besar ketimbang
totalitas input yang mereka berikan. Sementara itu, Tim Kerja mengembangkan sinergi positif melalui upaya yang
terkoordinasi. Upaya individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang
lebih besar ketimbang totalitas input para individunya.
Perilaku Kelompok Dalam Organisasi
Perilaku
kelompok adalah respon-respon anggota kelompok terhadap struktur sosial
kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia
organisasi maka karakteristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan
pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Dan organisasi
juga mempunyai karakteristik yaitu keteraturan yang diwujudkan dalam susunan
hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, system
penggajian, system pengendalian dan lain sebagainya. Jika karakteristik antara
keloompok digabungkan dengan karakteristik organisasi maka akan terwujud
perilaku kelompok dalam organisasi. jadi
perilaku kelompok dalam organisasi adalah suatu fungsi dari interaksi antara
sebuah kelompok dengan lingkungannya ( organisasi ).
Jenis
– Jenis Kelompok :
Kelompok Formal
dan
Informal
Kelompok Formal ada dalam
setiap organisasi. Kelompok formal adalah suatu suatu sub unit organisasi resmi
yang didirikan dengan anggaran dasar organisasi atau dengan surat keputusan
manajer. Atau bisa juga disebut kelompok yang dibangun
selaku akibat dari pola struktur organisasi dan pembagian kerja. Contohnya, pengelompokan kegiatan-kegiatan pekerjaan yang
relatif serupa ke dalam satu kelompok, seperti Kelompok kerja, panitia,
departemen kecil. Kelompok ini merupakan hasil dari
sifat teknologi yang diterapkan perusahaan dan berhubungan dengan cara bagaimana
suatu pekerjaan dilakukan. Kelompok juga terjadi tatkala sejumlah orang pada
tingkat atau status yang sama dalam organisasi memandang diri mereka sebagai
satu kelompok. Contoh, kepala-kepala departemen suatu perusahaan industri baja,
atau kepala-kepala dinas suatu kabupaten, atau guru-guru.
Kelompok Informal juga dapat ditemukan
dalam setiap organisasi atau dapat dikatakan di dalam struktur organisasi
formal, selalu terdapat struktur informal. Kelompok- kelompok ini berkembang
menyimpang dari rancangan organisasi yang ditetapkan secara resmi dan kelompok
informal hidup sebagai subkultur yang relatif berkuasa atau dominan dalam
organisasi. Setiap struktur organisasi formal, khususnya seputar sistem
hubungan peran, peraturan, dan prosedur di antara para anggotanya, akan
ditanggapi oleh penafsiran dan pengembangan para pekerja di tingkat informal. Kelompok
informal biasanya terbentuk bila orang – orang bekerja saing berdekatan satu
sama lain atau sering bergaul dalam pekerjaannya.
Kelompok informal pembentukannya lebih didasarkan pada hubungan dan persetujuan
informal di antara para anggota kelompok ketimbang hubungan peran yang telah
ditentukan manajemen. Hubungan informal tersebut dibentuk untuk memuaskan
kebutuhan sosial dan psikologis para anggota kelompok, sehingga tidak mesti
berhubungan dengan tugas-tugas organisasi yang harus mereka laksanakan.
Kelompok mungkin saja menggunakan aneka cara demi memuaskan afiliasi anggota
dan motivasi sosial lainnya yang dianggap kurang tersedia di dalam situasi kerja
organisatoris. Kelompok informal ini utamanya banyak terentuk dalam organisasi
industri. Keanggotaan dalam kelompok informal dapat bersifat lintas struktur
formal. Mereka terdiri atas individu yang berasal bagian organisasi yang
berbeda ataupun tingkatan yang berbeda pula, baik vertikal, diagonal, maupun
horisontal. Contohnya, seperti arisan dan grup dalam Facebook, dan sebagainya.
Pengalaman
pribadi saya dalam berorganisasi
Saya
memiliki pengalaman dalam berorganisasi pada tingkat Rohis (Rohani Islam) pada
saat SMA dahulu dimana saya sebagai anggota yang hanya berpartisipasi dalam
kegiatan keagamaan rutin seperti kajian Jum’at setelah sholat Jum’at dan
lain-lainnya. Tetapi dari pengalaman saya sebagai anggota Rohis tersebut ialah
dalam struktur organisasi rohis yang saya ketahui terdapat : Kepala sekolah à Pembina àKetua
à Sekertaris à Bendahara à Kaderisasi à Syiar à
PMB à DKM à DKK à
Anggota
Hambatan
yang pernah saya temui pada Organisasi Rohis tersebut ialah pada saat
mengumpulkan semua anggota untuk rapat dalam menyusun rencana kegiatan, pasti
saja seringkali terdapat anggota yang tidak dapat hadir untuk rapat dengan
berbagai alasan. Dan alasan yang banyak di lontarkan oleh anggota pada saat itu, mereka merasa bahwa sebagai anggota
tugas dan kewajiban mereka hanyalah datang untuk mengisi dan melaksanakan
kewajiban. Dan menurut mereka sebagai anggota tidak untuk menyusun rencana dan
sebagainya karena itu adalah tugas bagian kelompok yang di atas (maksudnya
ketua, sekertaris, bendahara, dan sebagainya). Tetapi keberadaan anggota bukan
hanya sekedar sebagai pelengkap tetapi juga sebagai pemberi masukan dan ide-ide
lain ketika anggota kelompok yang di atas mengalami kebuntuan ide. Oleh sebab
itu seringkali saya di tunjuk oleh ketua untuk mengumpulkan anggota yang lain.
Mungkin
menurut saya pada masalah kali ini Solusinya
adalah dengan membentuk ketua anggota dan wakil ketua anggota. Karena dengan
adanya ketua anggota dan wakil dapat memudahkan untuk mengkoordinasikan kepada
anggota lainnya juga sebagai memberi informasi dan masukan dari kelompok yang
di atas (maksudnya ketua, sekertaris, bendahara, dan sebagainya) kepada anggota.
Dan
Pemecahan masalahnya adalah dengan
mengadakan pemilihan dan menunjuk siapa sebagai ketua dan wakil ketua anggota
yang bertugas mengikuti rapat dan membagikan informasi kepada anggota. Dan
apabila anggota ada yang memiliki ide atau masukan-masukan mereka dapat
memberikan ide tersebut atau masukkan kepada ketua anggota dan wakil anggota
agar di tulis dan di sampaikan pada rapat nanti dan, (tanpa mengecilkan peran
anggota yang tidak dapat hadir pada saat rapat) dan bukan berarti dengan adanya
ketua dan wakil ketua anggota, anggota dapat berbuat seenaknya untuk tidak
menghadiri rapat. Disini peran ketua dan wakil ketua hanya untuk mempermudah
anggota yang tidak dapat hadir untuk dapat member idea tau masukkan – masukkan
kepada kelompok Rohis lainnya serta sebagai jembatan informasi dari ketua,
sekertaris dan sebagainya kepada anggota yang berhalangan hadir.
Tulisan
di atas adalah pengalaman pribadi saya ketika kelas 2 SMA yang pada saat itu
setiap siswa di wajibkan memilih ektra kulikuler dan saya memilih Rohis dan
berpartisipasi dalam organisasi walaupun hanya bertahan 3 bulan dan sebagai anggota,
tetapi saya mendapat pengalaman yang sangat menyenangkan dan berharga.
Sumber
:
http://back-stabber666.blogspot.com/2011/10/i.html
tanggal 01 Juni 2012 – jam 20.15
http://en.wikipedia.org/wiki/Teamwork
tanggal 31 Mei 2012 – jam 14.36
http://fixguy.wordpress.com/makalah-kerja-sama/
tanggal 03 Juni 2012 – 20.08
http://psikelompokyeti.wordpress.com/2010/09/30/sifat-%E2%80%93-sifat-kelompok-dalam-organisasi/
tanggal 26 Mei 2012 – 19.49
http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kelompok-dan-tim-dalam-organisasi.html
tanggal 04 Juni 2012 – 17.34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar