Ajakan
Teman yang Memberi Harapan
Kisah
cerita bermulai dari saya, pemuda kelahiran Bandung 20 tahun silam bernama Rachman
Andriansyah seorang mahasiswa Aktif Universitas Gunadarma jurusan S1 – Sistem
Informasi kelas 3KA17 yang masih belum memikirkan liburan dan belum memiliki
rencana apapun untuk liburan karena selalu terfikir untuk PI ( Penulisan Ilmiah
) di tingkat 3 nanti.
Awal
mula saya di ajak oleh teman saya bernama Mochammad Bayu Pahlevi dan Pebriano
Ramadhan untuk ikut berlibur bersama mendaki gunung Semeru. Dan mereka berdua pun
mengajak saya untuk ikut serta dalam perjalanan mereka “Man, lu mau ikut
liburan gak sama kita. Kita mau daki gunung Semeru nih.” kata Bayu atau yang
biasa saya panggil Jawa. Mulanya saya tidak percaya Bayu akan mengajak saya dan
datang Pebriano atau yang biasa dipanggil Rama menghampiri saya dan ia juga
mengajak saya “Ayo, man mau ikut gak gue, Bayu, Rio sama anak-anak pada mau ke
Malang ni daki gunung Semeru..??” lalu saya membalas ajakan Bayu dan Rama “Apa..!!!
Buset deh, daki gunung Semeru yang bener, Ram..???” kata saya kepada Rama dan
tak lama kemudian saya menambahkan kepada Bayu “Lu, kaya kuat aja Bay, kemaren
aja lu uda ngos-ngosan di Gede ini sekarang mau ngajakin Semeru..??” lalu Rama pun
menjawab “Beneran, Man. Kita sekelas mau pada jalan daki Semeru.” “Ah, sekarang
gue bakal kuat, Man. Lu bayangin puncak abadi para Dewa ce.” (ce dibaca biasa
ce = adalah sebutan unik Bayu terhadap teman-teman kelas terutama teman-teman
nongkrong).
Lalu
saya hanya menjawab “Wah, gimana yaa..??” dengan menatap Rama dan Bayu tetapi
dalam benak saya, saya sudah membayangkan asyik & serunya perjalanan nanti
dan sebuah ketukan nurani mengagetkan saya sejenak dan saya sempat berbisik
dalam hati. “Boleh juga nih menjamah puncak Mahameru, puncak tertinggi pulau Jawa
dan puncak abadi para dewa.” Dan saya pun memikirkan hal itu berulang kali
dengan pikiran masak-masak.
Setelah
saya selesai melaksanakan ujian utama tepatnya tanggal 26 Juli 2012 saya dan
pacar saya yang bernama Fana hendak pulang lalu Rama dan Bayu memanggil saya.
Saya pun menghampiri mereka dan tak lama kemudian Rio pun datang menghampiri
kami. Kami pun membicarakan masalah teman kami bernama Asriel atau yang biasa kami
panggil Acil untuk kami panggil dan beri keputusan fix untuk membatalkan
mendaki gunung Semeru demi kepentingan dia dan kami bersama. Kami pun mengembalikan
uangnya dan menjelaskan kepadanya karena kami takut terjadi hal yang tidak di
inginkan terjadi padanya. Apalagi kemarin Acil pun baru selesai menjalani
operasi dan pada pendakian terakhir kemaren di gunung Gede pun tas Acil di bawa
oleh Yodhi teman kami yang sangat care dan berbaik hati ingin membawakan tas
Acil. Akhirnya Rama dan Bayu dengan tegas menolak Acil untuk menyertakannya
dalam perjalanan. Rama pun berbalik dan tak tega melihat itu semua dan Bayu
dengan tegas mengembalikan uang Acil yang merupakan haknya dengan rasa dan
perasaan tidak tega terhadap teman kelas sendiri lalu ketika Acil sudah
menerimanya tak lama kemudian Acil pun bergegas pergi dan tanpa memalingkan
muka dan berpamit kepada kami. Kemudian kami membicarakan tentang briefing yang
nanti akan di laksanakan pada tanggal 2 Agustus 2012.
Lalu
kami pun membicarakan tentang perjalanan
kami nanti. Tak lama kemudian datang salah seorang teman Rama bernama Egan dan
ternyata Egan itu akan pergi bersama kami nanti untuk mendaki gunung Semeru.
Setelah kami ngobrol berbincang-bincang hari pun semakin siang dan panas. Akhirnya
kami memutuskan untuk pulang karena pada saat itu kami dalam kondisi berpuasa
dan di khawatirkan terjadi hal yang tidak di inginkan lebih baik kami pulang.
Walaupun
saya, Bayu, Rama dan Rio sudah beberapa kali bertemu dan membicarakan tentang
liburan mendaki puncak Mahameru tapi hati kecil saya masih belum yakin karena
takut terjadi apa-apa. Butuh waktu lama untuk meyakinkan hati saya dan setelah
beberapa minggu terlewati akhirnya hati saya pun mantap dan yakin. Saya pun
menetapkan untuk ikut dalam perjalanan nanti. Dan ternyata anak-anak kelas yang
semula akan ikut sedikit demi sedikit berkurang dan hingga akhirnya menyisakan
4 orang yaitu : Saya, Bayu, Rama, dan Rio. Tapi semua itu tak menyurutkan
rencana kami.
Tibalah
tanggal 2 Agustus 2012 dimana hari ini
kami melaksanakan briefing pertama. Saya pun janjian bertemu Rio di kampus D
jam 2 siang, dan kami pun berangkat menuju Cilandak Town Square. Sesampainya
disana kami pun menunggu di pinggir jalan karena saya dan Rio janjian dengan
Bayu dan Rama di pinggir jalan di depan Cilandak Town Square agar mudah
terlihat dan langsung berangkat.
Sekitar
setengah jam saya dan Rio menunggu akhirnya Bayu pun datang membawa tas hitam
25 kilogram yang biasa ia gunakan untuk bepergian. Lalu ia pun meminjamkan tas
itu kepada saya. Kami bertiga pun berbincang-bincang dan tak lama kemudian
datang Rama dan Salwa pacarnya dan kami pun langsung berangkat menuju Cilandak
dan melewati kantor ayah saya di Kawasan Komersil Cilandak. Saya terdiam sesaat
dan melihat kantor ayah saya dahulu dimana beliau bekerja di Cilandak dari
tahun 1992 sampai 2005 dan setelah itu pndah ke Taman Tekno Bumi Serpong Damai
sampai sekarang. Kemudian kami parkir dan sembari menunggu buka puasa saya,
Bayu, Rio, Rama dan Salwa pun berjalan-jalan di dalam Cilandak Mall dimana ada
kejadian unik kala itu. Ketika berjalan-jalan di dalam mall kami diberi brosur
tentang promosi suatu produk dan pada saat itu Bayu dan Rio menitipkan brosur
tersebut di tas Bayu yang saya gendong lalu brosur tersebut tiba-tiba terjatuh
dan tepat di tempat orang yang tadi membagikan brosur tersebut, saya pun
bergegas lari mengejar Bayu, Rio, Rama dan Salwa yang ada di depan. Melihat
kejadian itu Bayu dan Rio pun berpura-pura tidak mengenal saya.
Kemudian
kami pun bermain di Pusat Hiburan permainan semacam Timezone sembari menunggu
adzan. Dan ketika adzan kami pun bergegas buka dengan makan di tenda-tenda nasi
goreng saya, Bayu dan Rio pun berbuka dengan es teller dan sungguh nikmat
berbuka pada saat itu lalu kami pun makan. Pada saat kami makan tiba-tiba
datang Bang Okem dan kami pun berkenalan dengannya kemudian seelah makan kami
pun menuju Mc Donald dan kami pun briefing pertama. Saat kami tengah
berbincang-bincang tak kemudian datang Kadek temannya Bayu. Kami pun berkenalan
dengan Kadek dan kami pun berbincang-bincang, berdiskusi tentang perjalanan
nanti, serta tentunya briefing kedua yang akan di laksanakan sesudah lebaran.
Ketika
kita bertemu dan mengenal orang baru tentunya kita akan berusaha untuk mengenal
orang tersebut lebih jauh, apalagi orang tersebut akan bersama kita berlibur
dan jalan bersama kita, oleh karena itu kami harus mengenalnya lebih jauh.
Ternyata hal itulah yang kami alami ketika saya, Bayu, Rio, Rama dan Salwa bertemu
dengan Bang Okem dan Kadek kami pun tak sungkan untuk langsung berbincang,
bertanya, ngobrol dan bertukar pikiran dengan mereka dan tiba-tiba timbul
sebuah rasa dalam hati saya bahwa saya ingin sekali cepat-cepat memulai
perjalanan menuju Puncak Mahameru nanti bersama dengan orang-orang yang ada
pada saat ini.
Waktu
pun berlalu ketika malam tak kuasa menahan detik yang semakin terkuras menuju
tengah malam dimana saya dan Rio yang bisa dikatakan rumahnya paling jauh harus
sudah pulang dikarenakan Rio menitipkan motornya di stasiun dan apabila lebih
dari jam 9 malam stasiun akan tutup. Hal itulah yang membuat saya dan Rio
memilih untuk pulang lebih awal. Saya dan Rio berpamitan dan pulang ketika di
jalan saya dan Rio pun berbincang – bincang tentang bawaaan yang akan kami bawa
nanti dan lalu saya pun mengantar Rio menuju stasiun ketika stasiun masih buka
Rio pun mengambil motornya dan kami pun pulang.
Akhirnya
tibalah waktu untuk briefing kedua jam, 1 Oktober 2012 saya dan Rio berangkat
menuju Cilandak Town Square untuk briefing dan hari itu di briefing terakhir
sebelum berangkat akan dihadiri oleh semua teman-teman yang akan berangkat,
adapun mereka adalah : Saya, Bayu, Bang Okem, Egan, Kadek, Odhy, Rama, Rio dan
Salwa pacarnya Rama yang selalu menemani Rama briefing. Setelah kami briefing
dan membicarakan semua hal yang akan bersangkut paut dengan keberangkatan besok
akhirnya kami sorenya memutuskan untuk berlanja di Carrefour Lebak Bulus. Saya,
Bang Okem, Bayu, Rio dan Odhy belanja Rama dan Kadek tidak ikut karena ada
urusan masing-masing. Hanya sebentar menemami Odhy pun pulang karena ada urusan
mendadak. Tinggallah kami berempat yang berbelanja dan itu merupakan pengalaman
berbelanja saya terlama karena kita memulai belanja jam 4 sore dan selesai jam
7 malam. 3 jam untuk berbelanja merupakan hal baru yang menurut saya tidak
wajar dan tidak biasa untuk orang seperti saya. Lalu kami pun bergegas menuju
rumah Bang Okem di Ciputat.
Sesampainya
di rumah Bang Okem kami pun menaruh barang di tempat Bang Okem dan Bang Okem
pun bercerita kepada kami di kamarnya. Sesudah bercerita kami pun makan di
angkringan di depan UIN. Tak lama kemudian Rama datang dengan lelah dan disaat
kami semua makan Rama hanya memesan teh manis untuk menghilangkan rasa
lelahnya. Kami pun bercerita dan mengobrol dengan asyiknya dan ketika jam
menunjukkan pukul 9 malam saya dan Rio pamit pulang karena besok saya dan Rio
akan menginap di rumah Bayu lalu saya dan Rio pulang.
Keesokkan
harinya 2 September 2012 merupakan hari keberangkatan saya. Dan saya pun
mempacking barang-barang saya dan bersiap berangkat karena pada hari ini saya
dan Rio berencana menginap di rumah Bayu. Setelah adzan Dzuhur saya berangkat
di antar oleh ayah dan adik saya menuju kampus D, karena saya dan Rio janjian
untuk berangkat menuju rumah Bayu dari kampus D. Setengah jam saya menunggu Rio
pun datang dan tak lama kemudian kami pun
berangkat menuju rumah Bayu di Fatmawati dengan bis. Dan itu merupakan
pengalaman
saya dalam 6 tahun
terakhir naik bis dan berdesak-desakam didalamnya. Sesampainya di rumah Bayu
kami pun beristirahat dan ketika malam harinya Bayu menemani Rio pergi ke Taman
Puring untuk membeli jaket, sleaping bag dan saya menitip matras kepada Rio.
Ketika Bayu dan Rio datang kami pun makan dan tak lama kemudian kami bertiga
pun tidur beristirahat.
Awal
Keberangkatan yang Menyenangkan dan Melelahkan
Pagi harinya jam setengah 5 pagi saya pun bangun dan saya
melihat Bayu sudah bangun terlebih dahulu lalu saya membangunkan Rio dan ketika
kami semua bangun, seperti halnya orang bangun tidur kami pun terdiam dan
mencoba menyatukan nyawa kami yang masih dalam alam mimpi. Lalu ketika kami
sadar kami pun mandi secara bergantian Bayu, Rio dan terakhir saya kemudian
kami pun sarapan sembari menonton Sport 7. Setelah makan kami pun berangkat ke
Klinik untuk tes kesehatan di tempat langganan ibunya Bayu berobat tetapi
ketika kami bertiga telah sampai disana dokternya belum datang dan kami disuruh
menunggu sampai jam 8.
Akhirnya
kami bertiga memutuskan untuk pindah ke Klinik yang ada di daerah terdekat dan
akhirnya kami sampai pada sebuah Klinik, saya ingat sekali Klinik itu bernama
Klinik Ababil dan Klinik itu pun baru buka. Tanpa pikir panjang kami pun masuk
dan menyerahkan KTP serta di ukur tinggi badan serta menunggu dokternya untuk
di periksa. Sambil menunggu dokter Bayu mengeluarkan celotehan “Wah,
jangan-jangan dokternya tukang ojeg di depan yang lagi maen catur,”, lalu Rio
menambahkan “Ia, ya Bay jangan – jangan beneran tuh.” kemudian Bayu membalas
“Pastilah, sekarang gini daripada elo diem aja ga ada kerjaan mending elo masuk
pura-pura jadi dokter dari pada nganggur.” Mendengar celotehan Bayu saya dan
Rio tertawa dan tak lama kemudian kami pun di panggil karena dokternya datang.
Kami bertiga pun
masuk dan sang dokter
hanya menyalin data-data dari receptionis yang tadi mengisi data kami di depan
sebelum kita masuk. Saya, Rio dan Bayu melihat sekitar ruang periksa dimana
banyak debu bertebaran pada setiap alat periksa yang digunakan dokter dan
sesekali dokter itu mengelap bagian ujung mata dan mukanya. Pada saat itu Bayu
berbisik kepada saya dan Rio “Eh, ni dokter masi belekan gini ya..??” saya dan
Rio pun hanya terdiam dan menahan tawa dan ketika sang dokter selesai menyalin
data-data kami. Dokter itu berkata “Ini, mau pada ngelamar kerja dimana.?” kami
bertiga pun serentak menjawab “Bukan untuk kerja dok, untuk naek gunung.” Dan
sang dokter pun membalas “Wah, naek gunung apa..??” katanya dengan nada ingin
tahu. “Gunung Semeru Malang, dok” seru kami bertiga dan sang dokter pun memberi
kami surat keterangan sehat yang menurut saya ‘abal-abal’ karena hanya diam
saja tanpa periksa dan ketika kami menyalami sang dokter, dokter itu pun
berkata “Sehat semua kan..??” saya, Bayu dan Rio pun terdiam dan manjawab
dengan senyuman geli mendengar perkataan dokter tersebut “Ia, dok sehat dok,”.
Dan ketika kami keluar kami di dalam bajaj membicarakan dokter tersebut dari
sang dokter yang tidak memakai jas dengan rapih, peralatan yang penuh debu kan
kotoran, tempat tidur untuk pasien di periksa yang tidak rapih dan berantakan
serta yang terakhir adalah ketika kami hendak pulang dokter itu baru menanyakan
kepada kami apakah kami sehat atau tidak.
Itu
merupakan hiburan kecil tersendiri bagi kami dan kami bertiga sepakat memberi
julukan sang dokter tersebut sebagai ‘Dokter Karbitan’ lalu kami keluar dan
pulang kembali ke rumah Bayu dan packing serta memberes”an barang dan kami
bertiga berangkat dan janjian bersama Kadek di depan Bank Mandiri Cendrawasih.
Ketika kami sampai kami bertiga pun menunggu Kadek yang sedang sarapan dan tak
lama kemudian kami bertiga pun berangkat ke Ciputat menaki metro mini dan
ketika sampai di Lebak Bulus kami pun turun dan bertemu Odhy.
Lalu
kami pun berangkat menuju rumah Bang Okem dan ketika sampai di rumah Bang Okem
kami pun mempacking ulang barang” agar semua logistik masuk. Ketika jam
setengah 12 kami bergegas berangkat dan kami sempat salah hendak menaiki Busway
tetapi daripada lama yang di dapat kami pun pindah dan memilih untuk menaiki
Bis AC yang menuju ke Stasiun Pasar Senen dan ketika sampai di Stasiun Senen
kami pun bergegas turun dan berencana makan dahulu sebelum berangkat tetapi
pemberitahuan dari pihak stasiun untuk penumpang Kereta Matarmaja agar sudah
masuk kedalam karena 20 menit lagi kereta berangkat lalu Bayu dan Rama pergi mencari
warteg terdekat dan membeli makanan untuk yang lain dan kami pun bergegas masuk
dan menaruh barang di tempat yang telah di sediakan kemudian kami makan.
Setelah
kami makan terjadi insiden kesalahpahaman kecil yang ternyata bangku yang kami
duduki ternyata tempat milik orang lain dan kami semua ternyata salah gerbong.
Tanpa pikir panjang dan dalam keadaan kenyang sesudah makan kami pun langsung
memindahkan barang-barang ke gerbong sebelah. Tak lama kemudian kereta pun
berangkat pukul 14.15 wib.
Di
dalam kereta pun kami menghabiskan waktu menikmati perjalanan dengan bersenda
gurau, berfoto-foto, berbicara tentang mimpi kami menuju Puncak Mahameru dan
bercerita tentang hal lainnya. Dan ketika hari mulai berganti menjadi malam
kami pun mulai menunjukkan rasa lelah kami atas kegiatan kami siang tadi dan
semua wajah teman-teman disekitar saya menunjukkan ekspresi kelelahan dan
kamipun beristirahat tetapi tidak semua dari kami yang beristirahat secara
pulas terkadang ada saja yang bangun dan lau tidur kembali yang bisa di artikan
‘tidur ayam’ dan hari pun silih berganti.
Tiba
di Malang & Menuju Ranu Pane tuk Menggapai Puncak Mahameru
Pagi
hari pun datang dan kami semua telah siap untuk turun dan telah bersiap hingga
akhirnya sampai pada stasiun Malang kami pun turun. Saat di dalam kami
berkenalan dengan mahasiswa UIN dan mereka pun bergabung dengan kami. Saya
perkirakan jumlah mereka mencapai 23 orang atau
lebih dan ketika keluar dari stasiun Malang kami pun mencari WC Umum untuk
mandi dan mempacking kembali barang-barang lalu kemudian makan dan bersiap
untuk berangkat. Setelah mandi, makan dan semua barang telah kami siapkan kami
pun mencarter angkot dan disitulah awal pertemuan kami dengan sahabat kami
Jorda dan Reza mereka berasal dari Jakarta juga sama seperti kami. Mereka pun
ikut bareng bergabung dengan kami berdelapan dan mereka pun naik angkot yang
sama dengan kami lalu kami pun berkenalan. Setelah sampai tumpang kami pun
bersama teman-teman dari UIN serta Jorda dan Reza menaruh barang di pinggir
jalan tempat parkir. Bang Okem dan Rama membeli beras, telur, daging, sayur dan
lain-lain bahan yang tak tahan lama, kemudian Rio memfotokopi ktp & surat
dokter, Odhy makan ditemani Kadek, Egan mengisi baterai kamera, serta Bayu
mencari jip. Saya disitu hanya duduk dan tak banyak gerak dikarenakan ngantuk karena
kurang tidur. Lalu tak lama kemudian Bayu, Rio, Odhy, Kadek, dan disusul Bang
Okem dan Rama yang kembali. Pada saat itu saya mengalami kisah lucu dimana saat
itu saya sedang bisa dibilang sedang mengantuk-ngantuknya dan ketika saya
berjalan melewati teman-teman dari UIN yang pada akhirnya saya mengetahui nama
mereka adalah Ari dan Nober yang secara tidak sengaja saya menendang kopinya. Semua
perhatian yang lain tertuju pada saya dan saya meminta maaf kepada mereka
berdua.
Ketika mobil jip datang kami pun langsung menaikkan
barang-barang kami ke atas jip dan di jip kami juga ada beberapa teman-teman
dari UIN seperti Nobel, Samsi, dan 3 wanita yang saya belum mengetahui siapa
namanya. Mulanya saya dan Egan duduk di depan di samping supir lalu kemudian Egan dan Bang Okem keluar
dan ketika tikungan tajam disitu terdapat pemandangan pegunungan yang sangat
indah, kami pun turun dan mengabadiakan gambar tersebut. Lalu kemudian saya
pindah kebelakang dan 3 wanita tersebut pindah ke depan dan saya berkenalan
dengan salah seorang teman dari UIN bernama Nobel dan kami pun berbincang dan
ternyata Nobel itu aslinya orang Sumatera, sama dengan saya. Kami pun menikmati
indahnya perjalanan dan pemandangan sembari berbincang dengan teman-teman
lainnya di atas jip.
Setelah
melalui perjalanan sekitar satu setengah jam kami pun sampai di Ranu Pane pos
pendaftaran. Kami melihat mushola kecil di samping pos pendaftaran dan kami pun
menunaikan ibadah sholat. Setelah sholat kami makan dan mengisi tenaga dan kami
pun makan Rawon. Setelah makan Bang Okem pun mengurusi arsip-arsip kelengkapan
untuk mendaki lalu saya mengambil air untuk
persediaan. Ketika
semua persiapan selesai kami pamit untuk duluan kepada teman-teman dari UIN
lalu kami bersepuluh berdoa dan memulai mendaki puncak Mahameru.
Pukul
15.35 kami pun memulai pendakian menuju Puncak Mahameru dan ketika kami mendaki
tangga Odhy pun sudah mulai terlihat kelelahan dan pucat kami langsung memberi
Odhy tabung Oksigen dan Odhy pun melanjutkan perjalanan kembali bersama kami.
Dalam
perjalanan kami pun terkadang bersenda gurau dan tertawa bersama menghilangkan
rasa capek dan lelah, namum apabila rasa lelah itu kembali menghampiri kami,
kami pun menyanyikan lagu Dewa 19 yang berjudul Mahameru. Lagu itu merupakan
album Format Masa Depan di keluarkan tahun 1994 masih dengan penyanyi Ari
Lasso.
Mencapai
Ranu Kumbolo di ketinggian 2.400 mdpl di
kaki Gunung Semeru
Kami
terus berjalan hingga waktu pun silih berganti dan ketika kami menemukan pos 1
kami pun hanya singgah sesaat dan kami pun melanjutkan perjalanan dan memasuki
wilayah Watu Rejeng. Kami pun melanjutkan perjalanan hingga kami memasuki
wilayah Landengan DOwo dengan ketinggian 2300 mdpl dan kami pun melanjutkan
perjalanan hingga mentari pun pulang ke peraduan serta hari pun berganti
menjadi malam. Ketika kami menginjak pos 2 malam tak dapat di halangi dan
dingin pun semakin menjadi. Ketika di pos 2 kami pun mengeluarkan lampu yang di
pasang di kepala atau yang biasa disebut head lamp dan setelah memasang kami pun melanjutkan
perjalanan kembali dan khusus untuk saya ini adalah pendakian malam pertama saya
dan saya pun mencoba untuk menikmati gelapnya hutan, dinginnya malam dengan sekelebat bayang
terbentuk dari pantulan sinar rembulan
dan secercah sinar bintang yang membuat sayu ingin merebahkan badan pada sang
alam.
Keitika
kami berjalan dan sedang dalam perjalanan menuju pos 3 kami pun bertemu dengan
3 orang pendaki dan 1 pendaki di antaranya mendaki menggunakan tongkat
(penyangga) dan kedua temannya pun meminta makanan dan kami pun memberi mereka
makanan. Pendaki yang menggunakan tongkat tersebut langsung berterima kasih dan
memakan makanan yang kami berikan. Ketika kami bertanya dari mana asal pendaki
tersebut alangkah kagetnya kami setelah mengetahui bahwa mereka berasal dari
Universitas Gunadarma dan mereka yang adalah anggota Mahasiswa Pecinta Alam
yang sering sekali nongkrong di dekat Ilounge (Internet Lounge) kampus E,
Depok.
Dan
setelah bertanya-tanya kepada mereka kami pun melanjutkan perjalanan kembali
dan tak lama kemudian kami pun menemukan pos 3. Kami pun beristirahat sebentar
dan kami pun langsung melanjutkan perjalanan dan dalam perjalanan menuju pos 4
kami pun sempat beristirahat lumayan lama dalam keadaan gelap karena head lamp
di matikan. Kami pun makan camilan-camilan dan tak lama kemudian kami pun
melanjutkan perjalanan.
Ketika
kami berjalan dan sudah menemukan pos 4 saya pun langsung mengganti baju karena
pada saat saya minum air pun menetes dan terkena baju saya dan saat jalan pun
daya merasa sangat dingin karena udara dan baju yang saya gunakan dalam keadaan
basah. Dan ketika saya telah berganti baju dan teman-teman lainnya pun telah
segar kembali kami pun melanjutkan perjalanan menuju titik aman pertama Ranu
Kumbolo.
Sekitar
jam 8 malam kami pun sempat melihat lampu-lampu, api unggun, serta tenda dan
kami pun semakin mempercepat perjalanan kami dan ketika kami hendak menghampiri
tiba-tiba semua cahaya dan tenda tersebut “Lenyap” kami semua pun dibuat kaget
dan tak percaya dengan apa yang kami lihat dan ketika kami semua merasa lelah
dan memutuskan untuk mendirikan tenda atau nge-camp
di tempat yang sangat dekat dengan air danau dan di khawatirkan pada saat air
meluap akan terkena tenda kami dan niat untuk mendirikan tenda kami urungkan.
Kami
pun melanjutkan perjalanan dan kami merasa sudah memasuki kawasan Ranu Kumbolo
dan ketika kami terus berjalan akhirnya kami menemukan kembali lampu-lampu, api
unggun, cahaya dan tenda-tenda dan akhirnya kami telah sampai menuju Ranu
Kumbolo jam 9 malam yang sekitar 4,5 jam dari Ranu Pane lalu kami sempat
berbincang bahwa yang tadi membuat kami tidak melihat atau kehilangan cahaya
lampu dan api unggun adalah bukit. Ya, perjalanan kami menuju Ranu Kumbolo
memang melewati beberapa bukit sehingga kami pun dibuat kebingungan oleh
hilangnya cahaya lampu, api unggun dan tenda-tenda tersebut.
Lalu
kami pun langsung mendirikan tenda dan tak lama kemudian teman-teman dari UIN
pun sampai dan mereka pun menyusul kami mendirikan tenda, kemudian saya dan Rio
mengambil air lalu Rio, Jorda, Reza dan Bang Okem pun masak dan bergantian
dengan Rama dan Egan. Odhy merebahkan badannya yang sudah lelah dan Bayu hanya
mengisap rokoknya bersama Rama dan Bang Okem. Dan Kadek menghangatkan badan
didekat tempat masak.
Saya
pun menikmati indahnya Full Moon atau Bulan Penuh dari balik kedua bukit yang
ada di pinggir danau Ranu Kubolo tepat didepan mata saya dan tak lama kemudian
lelah pun menghampiri saya dan tak dapat saya lawan lalu saya dan Bang Okem
merebahkan badan dan tidur lalu ketika makanan selesai di masak saya dan Bang
Okem pun di bangunkan untuk makan lalu setelah makan kami semua pun tidur
beristirahat untuk menyambut hari esok.
Berhasil
Melewati Padang Safana Oro Ombo, Jambangan, dan Kalimati
Pagi harinya Bang Okem bangun terlebih dahulu kemudian di
susul saya yang juga bangun lalu setelah itu Rio dan Bayu kami berempat pun
keluar dan merebahkan matras sambil berjemur menghadap kedua bukit di tengah
danau Ranu Kumbolo. Kami pun berbincang tentang kegelisahan kami tadi malam
pada saat kami tidur di karenakan cuaca yang sungguh ekstrim hingga mencapai
minus 5 derajat. Lalu ketika Jorda, Reza, Rama, Rgan, Kadek dan Odhy bangun
saya pun memasak mi untuk sarapan dan setelah itu kami pun makan lalu setelah
makan kami pun membereskan barang dan mem-packing
ulang barang dan kemudian kami pun berangkat. Saat berangkat kami pun melewati
Tanjakan Cinta yang konon ada mitos jika kami melewatinya kami harus terus berjalan
terus tanpa berhenti dan menoleh kebelakang.
Kami
pun menenulusuri tanjakan cinta dan secara pribadi saya pun berusaha untuk
tidak melihat dan menoleh kebelakang tetapi saya berhenti sesaat. Sungguh
tanjakan itu benar-benar menguras tenaga dan mungkin untuk tidak berhenti saya
seharusnya saya tidak menggunakan
tenaga ekstra di awal
tanjakan atau bisa dibilang saya ngebut dan terburu-buru di awal tanjakan dan
hal itulah yang membuat saya stamina saya terkuras dan saya berhenti sesaat.
Disitu kami melewati padang dengan rumput-rumput yang
kurang lebih sekitar paha saya dan saya pribadi merasa sedikit takut ketika
melewati padang safana Oro-Oro Ombo dikarenakan takut ada hewan-hewan melata
seperti ular, kadal dan lainnya yang melintas didepan saya.
Saya pun berusaha melewati padang safana itu
dengan cepat dan ketika telah melewati Oro-Oro Ombo kami pun memasuki wilayah
hutan Cemoro Kandang. Saat itu saya mengalami hal yang menurut saya menyedihkan
yaitu sepatu saya rusak serta sol bawah sepatu saya hampir putus dan saya
mengikatnya, tetapi saya tidak bisa lalu Rama pun mengikatkan sepatu saya.
Setelah Rama mengikat sepatu saya, saya pun memakainya dan kami melanjutkan
perjalanan.
Sekitar
1 jam kemudian kami memasuki wilayah Jambangan. Kami pun semakin mempercepat
perjalanan kami walaupun kami semua seperti perjalanan sebelum-sebelumnya
selalu terpisah tetapi jarak itu tak menghalangi niat dan semangat kami untuk
melangkah dan mendekatkan setiap langkah menuju puncak Mahameru. Akhirnya 1,5
jam kemudian kami memasuki wilayah Kalimati sekitar jam 4 sore dan kami pun
mendirikan tenda dan bersantai terlebih dahulu karena kami baru sampai dari
perjalanan yang memakan waktu lumayan jauh sekitar 4 – 4,5 jam. Kami memulai
berjalan dari Ranu Kumbolo kami jam 11 dan sampai kalimati jam 4 sore. Ketika
kami sedang bersantai tiba-tiba ada 2 orang yang tidak asing bagi kami dan
menghampiri kami dan orang itu adalah teman kami Nday dan Dira. Kami pun
berbincang-bincang dan membicarakan perjalanan menuju puncak Mahameru. Saya pun
bertanya kepada Nday “Nday, gimana jalannya Nday.?” dan Nday menjawab “Parah,
Man. Debunya gila, pokonya lu harus bawa sarung tangan dan masker deh jangan
ngga ini aja gue masih kerasa debunya.” Lalu Bayu dan Rama bertanya-tanya
kepada Dira dan saya pun mendengarkan pertanyaan mereka dan sekitar setengah
jam kami ngobrol. Setelah berbincang-bincang dengan kami mereka pun kembali ke
tenda mereka dan kami pun makan dan bersiap istirahat untuk mempersiapkan dan
memfitkan kondisi fisik untuk bangun tengah malam nanti.
Tetapkan
Hati Tuk Melangkah Demi Menggapai Puncak Mahameru
Malam harinya sekitar jam 23.30 saya di bangunkan Bang
Okem dan kami semua pun bangun untuk menyatukan nyawa dan mempersiapkan yang
akan di bawa. Semua carrier pun di
tinggal di dalam tenda dan hanya tas gendong yang dibawa dan airpun kami hanya
membawa secukupnya. Kami pun berdoa untuk keselamatan dan kemenangan kami
menuju puncak Mahameru dan kami pun berangkat menelusuri malam dengan sinar
head lamp menelusuri hutan yang terjal curam dan menanjak serta berdebu. Karena
kami berjalan malam dan berdebu dengan banyak juga pendaki yang mendaki kami
pun seperti biasa beristirahat dan menunggu pendaki
lain naik terlebih
dahulu untuk menghindari debu karena ketika kita berjalan di belakang orang
lain debu injakan dari orang tersebut akan langsung terkena kita, oleh sebab
itu kami berjalan berjarak tidak terlalu dekat. Lama kami berjalan akhirnya
sampailah kita di wilayah Arcopodo.
Arcopodo
berada pada ketinggian 2900 mdpl adalah wilayah vegetasi terakhir di gunung
Semeru lewat dari itu akan melewati bukit pasir. Sebenarnya Arcopodo adalah
tempat bermalam tetapi hanya beberapa pendaki yang bermalam (nge-camp) disitu,
tetapi tempat di Arcopodo ini terlalu kecil dan sempit serta untuk mencari air
sungguh sangat sulit, oleh sebab itu jarang ada pendaki yang bermalam di
Arcopodo dan kebanyakan pendaki bermalam di Kalimati.
Kami
pun mengantri untuk naik menuju gunung Semeru dan bergantian melewati pegangan
berupa rantai dan jalan setapak yang hanya dapat dilewati oleh seorang dan
tidak bisa lebih dari satu orang di karenakan kanan dan kiri jalan setapak itu
adalah Jurang yang sangat curam dan terjal dan ketika saya melewati jalan itu
saya pun berdoa dan memohon perlindungan ALLAH SWT agar saya tidak terpeleset,
tergelincir dan dilindungi keselamatan saya.
Dan
kami pun berjalan mendaki dan mencoba menanjaki hadangan pasir semeru yang
kebanyakan orang dan pendaki berkata bahwa apabila mendaki gunung Semeru itu
naik 3 turun 2, naik 5 turun 3 atau ada juga yang berkata naik 4 turun 2, naik
5 turun 4 dan versi-versi lainnya. Saya pun mendaki mengikuti jalur pendakian
dan tidak terlalu ke kanan ataupun terlalu ke kiri dikarenakan banyak yang
bilang bahwa jika kita mendaki terlalu ke kiri atau ke kanan jalur pendakiannya
pun terlalu curam dan dikhawatirkan kita terpeleset dan apabila kita turun
nanti pun jangan mengambil jalan terlalu kanan yang menurut kasat mata terlihat
lebih landai dan menyenangkan untuk meluncur karena banyak pendaki yang
menyebutnya Blank 75.
Blank 75 adalah istilah
yang sering digunakan oleh personal SAR yang sering beroperasi di Semeru untuk
menunjukkan suatu lokasi di gugusan lereng Semeru untuk mencari ataupun mengevakuasi korban
pendaki yang hilang ataupun tersesat selama pendakian ke Semeru. Dapat
dikatakan kawasan Blank 75 adalah “DEATH ZONE”-nya jalur pendakian Semeru.
Gambaran medannya adalah lereng berpasir yang jalurnya putus (blank) karena
dipisahkan oleh jurang yang dalamnya sekitar 275-100m. Oleh karena itu disebut
Blank 75 dan lokasinya yaitu jika kita turun dari puncak Semeru, maka Blank 75
letaknya berada diluar jalur di sebelah kanan arcopodo/kelik (dari arah
puncak). Di sekitar batas vegetasi. Dan secara administrative TNBTS terletak di
blok Pawon Songo, dusun Pasrujambe, Kabupaten Lumajang.
Kembali menuju perjalanan saya, dan saya pun sudah mulai
kelelahan dan terkadang apabila saya lelah saya pun mencari batu dan duduk
sesaat lalu berdiri dan bangun kembali untuk melanjutan perjalanan. Adapun rute
berikutnya adalah Cemoro Tunggal.
Cemoro
tunggal adalah sebuah pohon cemara yang tumbuh di jalur menuju puncak Semeru di
ketinggian 3.200 mdpl. Cemoro tunggal artinya cemara satu, yang juga dapat di
lihat, hanya ada satu pohon cemara di jalur setelah Arcopodo menuju puncak
Mahameru. Daerah Cemoro Tunggal merupakan batas vegetasi, selepas cemoro
tunggal pendaki akan disuguhkan oleh medan berpasir yang cukup menyulitkan pendakian karena labilnya pasir dan
bebatuan yang dapat dengan mudah merosot kebawah. Bagi pendaki, pohon ini
merupakan tanda petunjuk bagi pendaki yang hendak turun dan naik ke puncak Mahameru. Tetapi, beberapa
waktu yang lalu pohon ini rubuh karena longsor yang disebabkan oleh Badai dan
luapan lahar dingin kirirman dari Jonggring
Saloka , selain rubuhnya cemoro tunggal banyak tanda
penunjuk arah yang rusak. Hal ini tentunya sangat menyulitkan pendaki yang
hendak turun dari puncak menuju Arcopodo.
Sebelum pohon ini tumbang dulunya pohon ini sering dijadikan tempat
beristirahat sejenak sebelum melanjutkan kepuncak namun sekarang pohon ini
sudah tumbang. Cemoro Tunggal
sekarang sudah tumbang, jadi sekarang ini untuk patokan turun dari puncak
Mahameru pendaki saat
turun bisa mengambil patokan gunung
Kepolo, letaknya sebelah kiri dari jalur.
Perjalanan terasa sangat jauh dan ketika saya melihat ke
atas saya seperti melihat gundukan pasir menjulang tinggi besar dan banyak
pendaki yang telah sampai atas dan terlihat kecil bagaikan semut yang bergerak
menuju puncak.
Pada 2-3 jam perjalanan dari batas vegetasi menuju puncak
Mahameru kami pun terpisah-pisah. Bang Okem, Rio dan Egan di depan lalu Saya,
Reza, Rama, Jorda, Kadek, dan Odhy berada di belakang dan kami yang berada di
belakang semua telah kehabisan persediaan air. Dan ketika kami saling meminta
semua dari kami tak ada yang memiliki persediaan air lagi dan ketika kami
sedang berjalan kehausan dengan raut wajah membutuhkan air akhirnya ada teman
kami dari UIN yang saya tidak tahu siapa namanya dan ia pun mendaki bersama
teman perempuannya dan membawa air kami pun meminta kepadanya dan ia pun
berkata kepada kami “Mas, kalo mau air ini ambil aja ya, minta aja soalnya ini
air kita-kita” dan kami pun menjawab bersama “Oh, ia mas. Terima kasih banyak”
dan ternyata ia adalah salah satu dari rombongan teman-teman dari UIN dan ia
pun sengaja membawa carrier hanya untuk membawa air. Kami pun jadi lebih
semangat mendaki.
Dan pada saat kami mendaki kami semua pun mengalami
ngantuk yang membuat kami berhenti sesaat dan mencari batu lalu tidur sebentar.
Saat kami tertidur kami pun langsung bangun dan melanjutkan perjalanan
dikarenakan jikalau kami terlalu lama tidur kami pun akan mengalami hipoksia
dan hipotermia.
Hipoksia adalah kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh
yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Jika sudah fatal dapat
berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Di
dalam tubuh manusia terdapat suatu sistem kesetimbangan yang berperan dalam menjaga fungsi
fisiologis tubuh
untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, kasus Hipoksia ini
tidak terjadi pada penduduk setempat yang sudah terbiasa hidup di daerah
dataran tinggi tersebut dan bagi pendaki gunung diperlukan pos-pos
pemberhentian agar tubuh selalu dapat beradaptasi secara baik terus-menerus.
Sedangkan
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelah
panas dipermukaan tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan
dalam dan organ tubuh. Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh
beku, pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga,
hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang parah mungkin korban menderita
pembekuan dan perlu diamputasi. Gejala kedinginan saat Hipotermia biasanya
pendaki akan menggigil kedinginan, gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan
mengantuk yang sangat luar biasa. Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur,
kesigapan mental dan fisik menjadi lamban. Gejala kedinginan yang lebih parah
akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak terkoordinasi, berjalan sempoyongan
dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi kacau, bingung, dan pembicaraannya
mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila disentuh, nafas menjadi
pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi kram
bahkan akhirnya pingsan. Oleh karena itu kami saling membangunkan ketika salah
satu dari kami dan pendaki lain tertidur.
Sujud
dan Tangisan Pertama Untuk Puncak Tertinggi Pulau Jawa
Setelah
lama kami mendaki Sang puncak pun tak kunjung terlihat, saya mulai merasa putus
asa, frustasi & menangis membayangkan bila saya tidak sampai ke atas puncak
Mahameru dalam keadaan pulang saya akan sangat menyesal oleh karena itu kembali
saya tekankan dan niatkan
dari hati untuk terus semangat dan berjuang tanpa mengenal lelah dan saya pun
terus mendaki.
Kali
ini kami pun sempat terpisah-pisah dan saya berjalan selalu bertanya kepada
setiap pendaki “Mas, puncaknya berapa lama lagi mas.? Dan jawaban setiap
pendaki selalu berbeda-beda: “Ayo, mas semangat udah deket kok, mas.” ,
“Semangat mas, udah deket kok pasti nyampe kok.” , “Sesudah batu besar itu mas
belok kiri itu puncaknya.” , “Udah deket kok mas, palingan setengah jaman lah.”
, “Kalo cepet ngebut setengah jaman tapi kalo santai satu jaman lah mas.” ,
“Kurang tau juga ya mas, tapi udah deket kok.” , “Ooohh, nggak jauh kok ma situ
uda deket banget kok.” , “Jangan liat ke bawah mas tetep jalan aja ntar juga
nyampe sendiri mas.” Dari jawaban semua itu ada yang menyemangati saya dan ada
yang membuat saya semakin merasa putus asa, tetapi saya tidak menghiraukan itu
semua dan terus melangkah melupakan semua kata-kata itu dan berkata yakin pada
diri saya “Ayo Rachman kamu pasti bisa..!!” teriak saya dalam hati. Dan
ketika semakin atas saya semakin sedikit melihat pendaki dan semakin banyak
pendaki yang turun dan pada saat sudah sampai batu besar ternyata masi harus
mendaki sedikit lagi. Saya bersama teman saya dari UNDIP bernama Singgi saling
menopang dan memberi semangat dan terus melangkah bersama karena sejak tadi ia
ada dibelakang saya, saya pun termotivasi untuk tidak terkalahkan olehnya.
Tanjakan demi tanjakan pun saya lewati dan jembatan pasir setapak batas akhir
menuju puncak Mahameru pun saya lalui.
Akhirnya,
pukul 08.25 saya pun sampai di atas Puncak Mahameru dan saya pun langsung
menghampiri Singgi teman saya dan ia pun meminta air kepada temannya dan
memberi saya air, kemudian saya menghampiri Bang Okem dan ia pun merangkul saya
sebagai ucapan selamat dan penghargaan atas keberhasilan saya mencapai puncak
Mahameru, lalu saya juga melihat Egan, Rama, Reza dan Rio yang telah sampai
lebih dahulu. Saya pun tak kuasa menjatuhkan diri untuk sujud dan meneteskan
air mata karena sebuah pengorbanan yang terbakar oleh semangat yang tiada henti
dalam menaklukan malam yang panjang serta menjunjung tinggi keyakinan demi
sebuah impian berhasil membawa saya mencapai puncak dan itu adalah salah satu
Peristiwa terindah dalam hidup saya yang tak akan bisa saya lupakan. Lalu saya
pun mengambil video seperti halnya tadi di bawah saat mendaki di tengah
perjalanan saya pun sempat berfoto dan mengambil video untuk di abadikan dalam
ponsel saya. Dan tak lama kemudia Odhy pun sampai ke puncak Mahameru pukul
08.45. Urutan yang pertama sampai adalah Egan, lalu Bang Okem, kemudian Rama,
dilanjutkan Reza, dan terakhir Rio sebelum Saya dan Odhy sampai.
Saat
saya berada di atas saya melihat nisan Soe Hoek Gie di puncak Semeru. Soe Hoek
Gie adalah mahasiswa dan sesosok demonstran tahun 60 an, dan di mata para
pecinta alam dan penggiat alam bebas, Gie adalah anak Mapala UI yang tewas di
Semeru pada tahun 1969. Mati muda dalam usia 27 tahun di Semeru dan menjadi
legenda pendaki Indonesia yang sampai kini namanya masih teramat dekat dengan
komunitas pecinta alam.
Di zaman Gie, kampus menjadi
ajang pertarungan kaum intelektual yang menentang /mendukung pemerintahan Bung
Karno. Sepanjang 1966-1969 Gie
berperan aktif dalam berbagai demonstrasi. Uniknya ia tak pernah menjadi
anggota organisasi yang menjadi lokomotif politik angkatan 66.
Gie
lebih banyak berjuang lewat tulisan. Kritiknya pada Orde Lama dan Presiden
Soekarno digelar terbuka lewat diskusi maupun tulisan di media masa. Ketika
pemerintahan Soekarno ditumbangkan gerakan mahasiswa Angkatan 66, Gie memilih
menyepi ke puncak-puncak gunung ketimbang menjadi anggota DPR-GR.
Tanggal
16 Desember 1969, sehari sebelum ulangtahunnya ke 27 Gie dan Idhan Lubis tewas saat turun dari puncak karena menghirup uap beracun. Herman Lantang yang berada di
dekat Gie saat kejadian melihat Gie dan Idhan kejang-kejang, berteriak dan
mengamuk. Herman sempat menolong dengan member nafas buatan, tetapi gagal.
Musibah
kematian Gie di puncak Mahameru
sempat membuat teman-temannya bingung mencari alat transportasi untuk membawa
jenazah Gie ke Jakarta. Tiba-tiba sebuah pesawat Antonov milik AURI mendarat di
Malang. Pesawat itu sedang berpatroli rutin di Laut Selatan Jawa, Begitu
mendengar kabar kematian Gie, Menteri Perhubungan saat itu Frans Seda
memerintahkan pesawat berbelok ke Malang. “Saat jenasah masuk ke pesawat,
seluruh awak kabin memberi penghormatan militer. Mereka kenal Gie!, kata Badil.
Jenazah
Gie semula dimakamkan di Menteng Pulo. Namun pada 24 Desember 1969, dia
dipindahkan ke Pekuburan Kober Tanah Abang agar dekat dengan kediaman ibunya.
Dua tahun kemudian, kuburannya terkena gusur proyek pembangunan prasasti.
Keluarga dan teman-temannya, memutuskan menumbuk sisa-sisa tulang belulang Gie. “Serbuknya kami tebar di antara
bunga-bunga Edelweiss di lembah
Mandalawangi di Puncak Pangrango.” Di tempat itu Gie biasa merenung seperti
patung, kata Rudy Badil.
Dan
sekitar setengah jam saya di atas dan kami pun memutuskan untuk turun dan kami
pun meluncur layaknya bermain sky di musim salju. Kami pun meluncur sembari menghindari
batu. Pada saat meluncur terlalu asyik, saya pun lelah dan berjalan pelan
sembari turun bersama Rama. Lalu dari belakang saya melihat Rio meluncur dengan
deras dan menghindari batu lalu Rio pun menabrak batu pasir besar dan hampir
jatuh ke jalur sebelah kanan. Jarak saya dan Rama yang terlalu jauh untuk
menolong Rio hanya bisa berteriak “Rioooo…….!!!!!!!” Dan ia pun bangun dan
berdiri kembali. Saya dan Rama pun menghampiri dan Rama bertanya “Lu gapapa
io..??” dan Rio pun menjawab “Nggak, ram gapapa kok gue.” dan saya pun menambahkan
“Lagian lu ngebut-ngebut sih io, pelan-pelan aja io tar jatoh ke kanan loh.”
Rio pun langsung menjawab “Abis, ga ada remnya man..” lalu kami pun bergegas
turun kembali.
Ketika kami sedang turun kami bertemu Bayu yang hendak
berusaha naik dan ia pun bertanya kepada saya “Man, berapa jam lagi sih nyampe
puncak.?” Saya pun menjawab “Kalo lu cepet 45 menit kalo lu lama paling 1 jam
lebih deh bay.” Lalu Bayu pun berniat melanjutkan hingga sampai puncak dan ia
pun bersama Nobel, Ari dan teman-teman lain dari UIN menggunakan tali. Niat
mereka untuk menggapai puncak pun tak tergubriskan walaupun hari sudah siang
dan sudah merupakan waktu aktif gunung Semeru untuk mengeluarkan Racun dan
mereka pun melanjutkan perjalanan dan kami pun melanjutkan jalan turun menuju
Arcopodo.
Pada saat turun ternyata benar apa yang Nday katakan dan
ketika saya melihat pendaki lain turun seperti tidak menggunakan tenaga dan
membutuhkan air tetapi hanya fokus untuk turun dan mencapai tujuan. Dan itulah
yang membuat saya semakin cepat untuk turun dan saya pun sempat tertinggal jauh
di depan dari Bang Okem Odhy dan Reza dan di belakang Egan, Rama dan Rio dan
ketika saya turun saya pun sempat mengabadikan jalur dengan handphone saya dan
di jalan saya pun bertemu Singgi dan kami pun berbincang-bincang sebentar dan
saya pun turun lebih dahulu dan bertemu Reza.
Reza
yang saya kenal pada saat itu sudah berubah dan ia pun seperti tidak
menghiraukan saya. Ia pun mencabut rumput dan tumbuhan sekitar untuk diminum
sarinya dan minimal mendapat setetes air karena ia sangat kehausan dan saya pun
berusaha untuk menghiburnyadengan mengajaknya
berbicara. Lalu ketika sampai di bawah saya bertemu Bang Okem dan Odhy yang
dimana Odhy mengalami sakit pusing dan mual karena ia memaksa untuk naik ke
puncak dengan kondisi fisik yang tak memungkinkan serta ia pun memiliki
penyakit asma. Saya pun berjalan bersama Bang Okem dan Odhy karena Reza pun
memilih untuk duluan dikarenakan ia sangat kehausan. Saya pun memberikan balsem
kepada Ohdy dan Odhy pun lebih memilih untuk beristirahat dan merebahkan diri.
Tak lama kemudian Egan, Rama dan Rio pun turun dan menghampiri dan Bang Okem
pun memilih untuk turun terlebih dahulu.
Akhirnya
hanya saya, Egan, Odhy, Rama dan Rio yang masih tertinggal di dalam hutan dan
tak lama kemudian Egan, Rama dan Rio pun memilih untuk turun sehingga
meninggalkan saya dan Odhy yang sedang sakit di dalam hutan. Saya pun dengan
pelan-pelan berjalan di depan Odhy dan ia pun terasa sangat lelah dan hanya
berjalan 5 langkah dan ia pun terhenti dan berbaring di tepi. Saya selalu
menyemangatinya agar ia pun dapat berjalan dan memiliki tenaga untuk berjalan.
Lama saya dan Odhy berdiam diri kami pun hampir tertidur dan ketika saya
sadarkan diri saya pun membangunkan Odhy lalu kami pun berjalan kembali, seperti
sebelumnya baru berjalan beberapa langkah Odhy pun sudah mengerang kesakitan
& kami berhenti kembali.
Terus
berulang kami berjalan dan berhenti hingga akhirnya kami berdua memasuki
wilayah Arcopodo dan banyak tenda yang didirikan disitu. Saya berusaha untuk
meminta air kepada pendaki yang bermalam disitu dan dengan persediaan air yang
sedikit pendaki yang bermalam di disitu pun memberikan airnya kepada saya. Saya
pun memberikan air itu kepada Odhy lalu ia pun meminum obat panadol merah
pemberian saya. Ketika kami hendak melanjutkan perjalanan kami sempat dibuat
bingung oleh seorang wanita yang tertawa terbahak-bahak, kemudian menangis,
lalu berteriak histeris dan saya bertanya kepada pendaki lain disitu dan
katanya wanita itu dalam fikiran kosong dan tertidur lalu saat dibangunkan
wanita itu bergelagat aneh seperti tertawa dan berteriak. Saya dan Odhy pun
merasa takut bukan main dan kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Saat berjalan Odhy pun hanya berjalan sebentar lalu beristirahat dan ketika ada
pendaki lewat saya pun berusaha meminta air untuk teman saya Odhy dan pendaki
lain pun berkata sama seperti kami kehabisan air tetapi pendaki itu memberikan
saya dan Odhy roti. Saya pun berterima kasih lalu pendaki itu turun lebih
dahulu. Waktu menujukkan tengah hari bolong dan saya masih bersam Odhy di dalam
hutan. Panas terik matahari semakin melemahkan semangat Odhi dan membuatnya
semakin lelah dan saya pun selalu berusaha untuk menyemangatinya selalu dan
ketika ada pendaki yang ingin turun saya pun meminta tolong untuk membawakan
air kepada teman-teman di bawah sana.
Lelah
pun menghampiri kami untuk melangkahkahkan kaki pun semakin berat bagi kami
karena tubuh kami yang kekurangan cairan dan kami pun mencoba untuk mengurangi
dan membatasi langkah kami dan ketika kami sudah mencapai batas turun dan jalur
yang semakin menurun tiba-tiba ada suara dari kejauhan memanggil nama Odhy.
“Odhy……!!!!!!!!!!!!!, Odhy…….!!!!!!!!!” dan dia adalah Kadek yang membawa air
untuk Odhy dan ketika kami bertemu Kadek pun Odhy langsung meminum air dan Odhy
pun berkata “Dek, kasih Rahman minum dek..!!” dan Odhy lansung menyuruh saya
minum “Man, lu minum man, jangan engga
minum man.!” dan saya
pun meminum dan sungguh nikmat sekali air yang dibawa teman saya dan di tengah
hutan kami bertiga melanjutkan perjalanan kembali menuju Kalimati. Di jalan
Kadek bercerita berkata bahwa jam setengah 6 tadi ia pun tak sanggup untuk
melanjutkan pendakian lalu ia pun sempat muntah dan tak sanggup berdiri.
Akhirnya ia pun turun kembali di bantu oleh Jorda. Kami pun terus berjalan dan hanya
tinggal sebentar lagi menuju Kalimati Odhy pun sudah sangat lelah dan ingin
berhenti untuk istirahat lebih lama. Odhy pun beristirahat.
Saat
Odhy beristirahat memejamkan mata sesaat saya dan Kadek pun berbincang-bincang
dan tak lama kemudian kami bertemu Bayu, Nobel, Ari dan teman-teman dari UIN. Bayu
pun segera kami beri air dan tak lama kemudian teman-teman dari UIN pun
berjalan lebih dulu menuju tenda. Saya, Bayu, dan Kadek pun berbincang-bincang
tentang perjalanan masing-masing dan pada saat itu ada pendaki yang dititipkan
barang oleh temannya pendaki lain wanita untuk menitipkan barang. Ia pun memberi
sedikit air untuk Odhy lalu pendaki tersebut pun memijat Odhy. Sekitar setengah
jam kami beristirahat akhirnya ketika kami hendak melanjutkan perjalanan yang
tinggal sebentar lagi menuju Kalimati tak lama kemudian datang Bang Okem, Jorda
dan Rama membawa air serta tabung Oksigen lalu menghampiri kami dan saat itu
Bayu langsung minum dan Odhy menggunakan tabung Oksigen. Kami pun kembali
menuju tenda. Saat sampai di tenda saya, Bayu, Odhy, dan Kadek langsung
merebahkan diri. Saya pun bersyukur dapat kembali ke tenda kami di Kalimati.
Tak lama kemudian saya berbincang-bincang bersama Reza, Kadek, Rio dan Odhy.
Lalu tak lama kemudian saya bersama Kadek berfoto sebentar dan Odhy membuatkan saya
mi untuk makan lalu kami pun makan. Setelah makan kami semua beristirahat dan tidur
dengan pulas sekitar jam setengah 5 sore.
Tengah
malam sekitar jam setengah 11 malam saya pun bangun dan minum karena dalam
tidur saya kehausan dan memakai sleaping bag dan tak lama kemudian saya pun
menyusul teman-teman yang lain untuk tidur kembali.
Esok
harinya jam 7 pagi kami semua pun bangun. Dan ketika semua teman-teman telah
bangun kami pun membuat kopi dan teh untuk menghangatkan badan kami dan kami
semua pada kedinginan, tetapi suhu disitu tapi tak sedingin di Ranu Kumbolo.
Sekitar jam 8 saya dan Bayu mengambil air di Sumber Mani dan kami bersama Nobel
dan temannya Nobel yang berwajah seperti Cris John. Kami berempat pun berjalan
menelusuri kali yang sudah tidak ada airnya dan hanya terdapat
batu-batu besar dan pasir sehingga dinamakan Kalimati dan pada saat sampai di
Sumber Mani saya dan Bayu pun mengambil
air dan berfoto.
Setelah semua botol terisi kami pun
kembali menuju Kalimati. Sesampainya disana Odhy, Kadek serta Andri teman kami
dari UIN hendak pulang lebih dulu lalu mereka pun berpamitan kepada kami. Saat
Odhy menghampiri saya Odhy
pun merangkul saya dengan erat penuh persahabatan dan mengucap banyak terima
kasih
kepada saya karena saya yang menemaninya ketika di dalam hutan ketika Odhy
sakit. Setelah berpamitan mereka pun pergi & kami pun makan untuk terakhir
kalinya sebelum berangkat pulang. Saya
pun mengluarkan keripik ketang balado khas Padang dan kami sajikan bersama
Sarden yang sudah disiapkan sebelumnya.
Dengan lahapnya kami pun makan lalu
setelah makan kami pun mempacking ulang barang-barang bawaan kami lalu kami
disitu jahil dengan meledakan gas 2 kali & membuat pendaki lain kaget bukan
kepalang atas ledakan gas yang kami bakar bersama sampah kami.
Selamat
Tinggal Semeru, Kenanganmu Selalu Tertulis Dalam Benakku
Jam setengah 11 siang kami pun telah siap & berjalan
menuju titik aman Ranu Kumbolo. Kami pun berjalan meninggalkan Kalimati dan
kami pun berjalan dan sekitar kurang lebih jam 11 kami pun sampai di Jambangan
dan yang ketika hendak berfoto camdig Rama terkena pasir.
Setelah melewati Jambanan kami pun memasuki Cemoro
Kandang tempat yang pada saat kemarin sepatu saya hampir lepas sol nya.
Berbicara tentang sepatu saya saat ini sepatu itu saya gunakan dan saya lepas
sol nya dan saya simpan di dalam carrier dan saya pun melanjutkan perjalanan
bersama teman-teman dengan sepatu yang sol nya hanya sebelah. Ketika kami telah
melewati Cemoro Kandang dan sebelum memasuki padang Safana dan sudah memasukin
waktu sholat Dzuhur Bang Okem pun mengajak saya menunaikan ibadah shalat dzuhur
berjamaah pengganti sholat Jum’at Karen hari ini hari Jum’at dan hari besar
Umat Muslim kami pun menghentikan perjalanan sebentar dan sholat berjamaah
dengan Bang Okem sebagai Imam.
Dan setelah menunaikan ibadah sholat Dzuhur kami pun
melanjutkan perjalanan kami menuju padang Safana Oro-Oro Ombo. Dalam perjalanan
kami, kami pun bertemu orang Bule yang hendak mendaki dengan pakaian mamakai
kemeja dan tank top saja. Kami pun membicarakan Bule itu di perjalanan kami.
Lalu kami pun melihat rombongan porter yang membawa barang bule itu dan
sepenglihatan kami Bule itu tidak seperti ingin mendaki gunung, tetapi ingin
berlibur sebagi turis karena tidak membawa carrier dan hanya membawa tas
pinggang dan kamera layaknya turis. Lalu kami pun kembali berjalan menuju
padang Safana.
Akhirnya
kami berjalan melewati padang Safana Oro-Oro Ombo dan kami pun menanjaki
tanjakkan terjal dan ketika sampai kami bersiap menuruni Tanjakan Cinta.
Dan
ketika menelusuri turunan Tanjakan Cinta tak lupa juga kami menyemangati &
mendukung pendaki yang hendak naik menelusuri Tanjakan Cinta agar pendaki
tersebut tak patah semangat dan bisa sukses sampai atas tanpa berhenti.
Menuruni Tanjakan Cinta sungguh berbeda dengan menaiki karena turun hanya
membutuhkan keberanian dan kecepatan untuk meluncur dan tidak terlalu lelah
selelah menanjak. Ketika sampai di Ranu Kumbolo kami pun beristirahat sejenak.
Sembari menunggu Jorda yang sholat & Bang Okem yang memakan sarden tanpa di
masak kami pun merebahkan badan kami dengan menghadap danau Ranu Kumbolo. Kami
pun berbincang sembari bercengkrama dengan penuh kebersamaan dan kehangatan.
Setelah
kami beristirahat sejenak kami pun berencana melanjutkan perjalanan kami dan
kami pun berangkat dari Ranu Kumbolo jam setengah 2 siang. Kami pun berjalan
menelusuri bukit melipir dan melewati pos 4 lalu kami masuk kedalam hutan di
dalam gunung dan menuju ke pos 3. Dalam perjalanan dari pos 4 menuju pos 3 dan
pos 2 saya merasakan hal aneh yaitu pundak serta bahu kiri saya terasa sangat
sakit dan sangat perih dan carrier saya terasa sangat berat. Sambil
berbincang-bincang dengan Bayu saya melanjutkan perjalanan.
Saat kami berjalan kami pun sempat terpisah kembali Bang Okem, Egan, Rama dan Rio didepan sedangkan Saya, Jorda dan Reza di belakang sembari menunggu Bayu dan ketika sebelum mencapai pos 2 kami pun kehabisan stok air. Ketika sampai di pos 2 kami melihat Humpreng bersama teman-temannya dan kami pun duluan. Kami berjalan dengan kehausan dan puncak kehausan saya dan Bayu ketika kami memasuki waliyah Watu Rejeng karena 2 jerigen yang masih penuh terisi air ada didepan dibawa oleh Egan dan Rio dan ketika Bayu sudah kehausan dan begitupun saya maka saya pun berteriak dalam hutan “Hooiii…..!!!!!!!!!! teman-teman gue minta air dong….!!!!!!!!” Dan sesekali suara bergema dalam hutan yang tidak saya dengar jelas dan seperti ada balasan suara tetapi saya tidak mendengar jelas suara itu dan saya pun memutusakan untuk berjalan duluan meninggalkan Bayu, Jorda dan Reza dan ketika sampai di depan saya pun mengejar dan bertemu Bang Okem, Egan, Rama dan Rio. Egan pun memberikan saya jerigen dan mereka duluan kembali karena untuk mengejar waktu menuju Rane Pane untuk mendapatkan jip menuju Tumpang.
Dan
kami pun berjalan semakin kuat dan semangat karena ada persedian air minum dan
ketika sampai dan terlihat Pos 1 saya meneriaki Bayu, Jorda dan Reza dan
memberitahukan kepada mereka bahwa pos 1 sudah di depan mata. Kami pun bertemu
Bang Okem, Egan, Rama dan Rio di pos 1 dan tak lama kemudian Egan pun turuh
lebih dahulu untuk mengejar jip dan tak lama kemudian kami pun turun. Dan
seperti di takdirkan untuk formasi seperti tadi Bang Okem, Rama dan Rio di
depan lalu Jorda, Reza, Saya dan Bayu. Seperti Bang Okem bilang formasi kami
pada saat mendaki dan menuruni Semeru sama seperti ini dan itu merupakan suatu
kebetulan dan keajaiban alam bagi saya. Hari semakin sore dan kami pun turun
menuruni hutan dan setiap langkah saya terasa sangat berat semakin meninggalkan
puncak Mahameru karena disitulah awal
keberanian dan kepribadian saya di uji dan ketika kami telah sampai anak tangga
yang bersebelahan dengan sawah kami pun semakin bersemangat untuk semakin
mempercepat langkah saya. Saya pun kembali berjalan sendiri dan jarak antara
Bang Okem, Rama dan Rio sudah tak mungkin terkejar lagi sedangkan Bayu, Jorda
dan Reza dibelakang pun sudah tak ada stamina untuk mengejar saya dan saya pun
semakin merasa sakit pada pundak & bahu kiri saya.
Pukul
17.35 akhirnya saya pun sampai pada pos Ranu Pane dan melihat Bang Okem, Rama
dan Rio yang sedang makan dan saya pun ikut makan memesan Rawon dan Soto yang
masing-masing setengah porsi. Dan ketika saya sedang makan tak lama kemudian
datang Bayu, Reza dan Jorda lalu mereka bertiga pun memesan makan dan makan
dengan lahapnya.
Setelah
makan saya pun beristirahat sejenak dan sambil menunggu mobil truk sayur datang,
saya di tawari oleh Rio untuk membeli souvenir. Rio pun menemani saya ke dalam
tempat souvenir dan saya pun membeli 10 buah gantungan Gunung Semeru yang 1
buahnya seharga Rp 10.000 dan stiker Gunung Semeru sebagai cendramata untuk
keluarga saya.
Tak
lama kemudian mobil truk sayur pun datang dan kami pun mengangkut barang-barang
kami dan kami pun bersama-sama dengan pendaki lain naik truk sayur menuju
Tumpang dan kami pun bercengkrama dan tertawa bersama di atas truk sayur
tersebut.
Di
atas truk sayur kami menghadap ke langit dan disana terlihat jelas Bintang yang
bertaburan dengan sejuta sinar penuh harapan. Rama pun berkata “Hei,
kawan-kawan liat deh langit di atas sana bintang nya banyak banget yaa udah
kaya meses, coba di Jakarta mana keliatan Bintang sebanyak ini.” Kami pun tak
henti dan tak bosan-bosannya melihat bintang. Setelah melalui perjalanan di
atas truk sayur sekitar satu setengah jam slamanya akhirnya kami pun sampai di
Tumpang dan kami pun beristirahat sejenak di depan Indomaret dan saya langsung
menghubungi ibu saya dan ibu saya pun terasa lega mendengar suara lembut saya
dan tak lama kemudian saya meminjamkan telepon genggam saya kepada Bayu dan ia
pun menelpon dan memberi kabar ibunya. Lalu saya pun menghubungi Fana, pacar
saya dan Fana terlihat kaget, senang dan rindu bukan main kepada saya dan ia
mencurahkan semua itu kepada saya melalui telepon genggam saya.
Setelah
setengah jam lebih kami beristirahat kami pun mencarter angkot menuju terminal
Arjosari. Rencana kami setelah turun gunung adalah akan menuju Solo tempatnya
Rio dan kami ingin naik bis menuju Solo dari Malang. Namun apa daya malang
nasib kami dan ketika kami sampai di terminal Arjosari bis yang menuju Solo pun
telah berangkat terakhir jam setengah 8 malam tadi sedangkan kami datang tepat
pukul setengah 9. Lalu kami diberitahukan jika ingin ke Solo bisa melalui
Surabaya, karena dari Surabaya tiap jam pun ada bis yang menuju Solo. Kami pun
mencari wc umum terdekat lalu mandi membersihkan diri dan saya pun menggunakan
waktu itu untuk menelpon Fana. Lalu setelah membersihkan diri kami pun naik bis
Patas Jatim dan berangkat jam setengah 11 menuju Surabaya. Di perjalanan kami
pun tidur dengan lelap.
8
September 2012, sekitar jam setengah 1 malam kami pun sampai di Surabaya dimana
yang kami sangat terkejut karena kami harus menurunkan barang secara tiba-tiba
dan kaget bukan main. Terutama saya dan Rama yang mengangkat carrier saja
sulitnya setengah mati karena kami baru bangun tidur. Saya dan Rama hampir
terbawa bis dan untungnya Rio pun datang dan langsung mengangkat carrier.
Karena terburu-burunya kami dalam turun sampai jerigen pun tertinggal satu yang
masih di dalam bis. Lalu kami pun berjalan dan menaiki bis dari Surabaya menuju
Solo atau Patas Jateng dan kami pun menaruh barang di bagasi bis belakang. Lalu
seperti tadi kami pun merebahkan diri kami dan tertidur pulas, tetapi saya
masih sempat menikmati jalan-jalan, tempat dan pemandangan di sudut kota
Surabaya, Sidoarjo, Lamongan dan setelah itu baru saya pun tertidur. Secara
pribadi saya sulit tidur di bis karena supirnya yang membawa dengan tidak enak,
ngebut dan penuh dengan rem mendadak dan ketika di Madiun saya pun terbangun
dan melihat pemandangan kota sekitar, lalu saya pun tidur kembali.
Dua
Hari Yang Berkesan di Masaran, Sragen Kampung Halaman Rio
Pukul
05.00 pagi kami sudah memasuki Kabupaten Sregen dan saya pun melihat Rio sudah
bangun dan tak lama kemudian yang teman – teman pun di bangunkan. Ketika pukul
05.15 kami pun turun di pinggir jalan Masaran dan berpisah dengan Jorda dan
Reza. Kami pun berjalan menuju rumahnya Rio dan sesampainya di rumahnya Rio
kami pun salim dan berbincang-bincang dengan ayahnya Rio. Teman-teman pun
menyuruh saya untuk mandi pertama dan saya pun mandi. Setelah itu Rio disusul
teman-teman yang lain dan setelah itu kami pun makan. Setelah hampir 4 tahun saya tidak makan
gudeg akhirnya saya pun kembali makan gudeg.
Sekitar
jam 3 sore kami pun berjalan menuju sawah dan menongkrong di tengah saung dan
yang hanya cukup untuk 2 orang dan saya bersama Egan duduk bergantian di atas
saung dengan Bayu dan Rama. Di tengah sawah itu kami bercengkrama dan bersenda
gurau bersama dan sekitar setengah jam kami di tengah sawah kami pun kembali ke
rumah neneknya Rio dan kami pun bermain kartu dan menonton Inodnesia Mencari
Bakat di televisi.
Ketika telah menonton Indonesia Mencari Bakat sembari
merebahkan diri Bang Okem dan Egan pun bersama Rio keluar mencari angkringan
dan saya bersama Bayu menonton Reportase Investigasi di televisi , sedangkan
Rama sedang tertidur pulas.
Saat magrib, Bang Okem, Egan dan Rio baru kembali dan
distu saya melihat Rio dengan panik karena sudah dihubungi oleh teman-temannya
dan bergegas segera mandi dan bersiap ke pesta acara pernikahan Sang Mantan
dengan terburu-buru Rio pun langsung bergegas pergi.
Saat malam kami pun di hidangkan makanan dengan menu sop
kepala kambing yang memakai sayur kubis dan cabe. Saya, Bayu dan Rama pun makan
sedangkan Bang Okem, dan Egan tidak makan, karena mereka baru saja makan di angkringan
dan masih terasa kenyang.
Ketika
saya, Bayu dan Rama sedang makan tiba-tiba kami mendengar kabar bahwa Rio mengalami
kecelakaan dari Arif saudaranya Rio yang merupakan anak neneknya Rio dan adik
ibunya Rio tetapi seumuran dengan Rio. Setelah selesai makan kami pun langsung
bersama orang tua Rio menuju Puskesmas dan kami melihat Rio penuh dengan darah
dan di pelipis matanya pun terdiri dari 7 jahitan dan ibunya Rio pun menangis
melihat Rio terluka dan penuh darah. Kami semua pun prihatin atas musibah yang di
alami oleh teman kami.
Akhirnya
setelah dibersihkan lukanya dan di obati Rio pun di bolehkan pulang. Kami pun
pulang kembali menuju rumah neneknya Rio dan ketika itu sangat banyak warga
sekitar yang membesuk dan menengok Rio. Kami semua pun pindah ke kamar depan
tempat Bang Okem dan Bayu pijat lalu kami pun beristirahat. Tak lama kemudian
beberapa anak kecil menghampiri kami. Bang Okem, Bayu dan saya pun mengobrol
bersama anak-anak kecil itu sedangkan Egan dan Rama sudah lelah dan tertidur.
Dan setelah jam 10 malam warga-warga yang menengok Rio sedikit demi sedikit
mulai pulang dan kami pun pindah menuju ruang utama rumah neneknya Rio dan orang
tua Rio menyuguhkan kami kopi. Kami pun sempat berbincang-bincang dengan orang
tua nya Rio dan tak lama kemudian kami pun beristirahat dan tidur.
Menuju
Yogyakarta, Kota Istimewa Dengan Hangatnya Ramai Kaki Lima
Esok
harinya ketika saya tidur Bang Okem membangunkan saya dan mengajak saya untuk
shalat subuh dan kami pun sholat subuh dan setelah itu tidur kembali. Dan
ketika telah bangun kami pun mempacking ulang barang karena hari ini kami akan
berangkat menuju Yogjakarta dan saya pun
memanfaaatkan waktu ini untuk menelfon kedua orang tua saya dan Fana.
Pada saat saya menelpon ibu dan Fana, saya pun berjalan mengitari kampung
sekitar rumah neneknya Rio lalu ibu saya dan Fana mendengar suara Klenengan
Jawa karena pada hari itu ada saudaranya Rio yang akan menikah. Dan ketika saya
kembali kami pun segera makan dengan menu bakso dan setelah itu saya mandi dan
kami pun di kamar tempat Bang Okem dan Bayu pijat kemarin dan kami pun
mendengarkan lagu Sheila On 7 dengan santai.
Siang
harinya kami pun bersiap-siap, lalu saya, Bayu dan Egan berpamitan kepada
ayahnya Rio di pesta pernikahan dan yang disitu saya, Bayu dan Egan dijamu
dengan makanan dan melihat pesta pernikahan adat Jawa dan setelah itu kami
bertiga di antarkan oleh adik bapanya Rio, Arif saudaranya Rio dan oleh adiknya
ibunya Rio yang kedua dan kami pun berpamitan kepada seluruh keluarga Rio dan
kami pun di antar menuju stasiun Solo Jebres.
Ketika sampai sana pun
kami langsung membeli tiket dan dibawakan bekal sate kambing dan biskuit
khong-guan. Kami pun masuk menuju kereta Pramex Solo-Jogja dan sekitar jam 2
siang kami pun
berangkat menuju Jogjakarta dan pukul 16.30 kami pun sampai di Stasiun Jogjakarta
dan kami pun keluar dan menunggu kereta lewat terlebih dahulu. Saat di luar
saya, Bayu, dan Egan pun menunggu Bang Okem dan Rama yang mencari Hotel.
Dan sekitar setengah jam lamanya Bang Okem dan Rama
mencari hotel dan ketika mereka kembali kami pun langsung berjalan menuju hotel
tersebut dan hotel terletak tepat di samping Malioboro Mall. Hotel tersebut
bernama Hotel Puri. Ketika sampai di hotel Puri kami pun menaruh barang dan
mandi. Kemudian sehabis mandi saya dan Bayu pun memakan sate pemberian ibunya
Rio. Saat saya dan Bayu telah selesai makan kami pun berjalan keluar dan ketika
di depan Malioboro Mall Bang Okem pun bertemu kakaknya dan kami semua pun salam
kepada kakaknya Bang Okem.
Tak
lama kemudian Bang Okem mengajak kami naik taksi yang dibayar oleh kakaknya
Bang Okem. Kami pun sempat mengalami kejadian yang lucu yang saat itu ketika
kami hendak menaiki taksi karena belum adanya kata sepakat dalam tawar menawar
harga antara Bang Okem dan supir taksi hingga akhirnya kami semua yang telah
berada di dalam taksi pun turun kembali dan mencari taksi lainnya. Lalu pada
saat taksi yang kedua dan telah adanya kata sepakat tawar menawar harga antara
Bang Okem dan supir taksi dan kami pun naik. Ketika di dalam taksi kami pun
berbincang-bincang dengan pak supir dan belajar bahasa Jawa. Pak Supir taksi itu
pun mengajari kami bagaimana berbahasa Jawa dengan baik, halus, sopan dan
benar. Kami pun puas dengan pelayanan ramah supir taksi tersebut.
Mencoba
Mi Aceh, Kopi Klotok,
Berkeliling Kota Jogja, dan Bertemu Sahabat
Lalu
kami pun sampai di tempat Mi Aceh dan kami pun makan di traktir oleh kakaknya
Bang Okem. Mi Aceh pun langsung menjadi makanan yang patut untuk saya kunjungi
lagi lain kali karena sungguh membuat saya ketagihan dalam memakannya. Ketika
kami selesai makan, kami pun berbincang-bincang dan tak lama kemudian kakaknya
Bang Okem pun pulang dan berpamitan kepada kami. Dan setelah itu Bang Okem pun
membawa temannya bernama Bang Usep. Bang Usep merupakan teman tongkrongan Bang
Usep pada saat kuliah dahulu.
Bang
Usep pun membawa mobil dan kami semua pun ikut di dalamnya. Bang Usep pun
mengajak kami ke tempat seperti warung kopi yaitu Sego Macan 3 dan kami pun
diperkenalkan dengan kopi klotok dan saya pun memesan es teh manis. Lalu kami
pun berbincang-bincang.
Kopi
Klotok ini juga sedikit unik dari kopi-kopi biasanya yang sering kami jumpai.
Kopi Klotok ini proses penyuguhannya tidak langsung dengan air panas, melainkan
kopinya dimasak seperti layaknya orang merebus air. Yang membuat kopi ini
berbeda dengan kopi di tempat lain adalah kopinya memang benar-benar panas
karena dari atas kompor langsung disajikan. Ada juga hal lain yang lebih
istimewa dalam kopinya, yaitu ketika semua kopi terasa pahit akan rasa kopinya
tetapi Kopi Klotok ini tak hanya terasa pahit oleh rasa kopi melainkan ada rasa
lain yang tercampur didalamnya yaitu dicampur sedikit dengan vodka. Karena
dengan sedikit vodka dapat membuat hangat badan dan membuat persahabatan menjadi
erat. Silahkan mencicipi racikan malam selera anak muda khas kopi klotok.
Lalu sesudah dari Sego Macan kami pun di ajak
berkeliling kota Jogja oleh Bang Usep dan secara pribadi saya sudah lelah dan
mengantuk dan saya pun sempat tertidur selama beberapa saat di dalam mobil Bang
Usep.
Hingga akhirnya kami pun tiba di ujung Malioboro
bank BNI dan di samping Benteng Vredeburg dan saya ingat sekali ketika pada
saat saya kelas 5 SD dimana ketika saya dan keluarga saya mudik ke Jogja kami
pun melaksanakan shalat Ied di depan bank BNI, disebelah kantor pos dan benteng
Vredeburg.
Kami pun berjalan menuju ke depan benteng Vredeburg
dan merasakan ramahnya malam di Yogyakarta. Dan ketika melihat tempat duduk
kami pun duduk santai bersama dan berbincang-bincang sembari menikmati ujung
jalan Malioboro. Dan saat kami sedang berbincang-bincang tiba-tiba Bang Okem
merangkul seseorang & orang itu adalah orang yang sangat tidak asing bagi
kami. Orang itu adalah Jorda yang dirangkul oleh Bang Okem dan dibelakang Bang
Okem dan Jorda ikut pula Reza. Ternyata keajaiban Tuhan yang mempertemukan kami kembali dengan Jorda dan Reza dan aura senang
terpancar pada wajah kami.begitupun dari wajah Jorda dan Reza yang sangat senang bertemu dengan
kami kawan mereka yang sempat terpisah di Sragen tanpa pamit dan kata-kata.
Kami pun
saling merangkul dan bertanya mengapa mereka masih ada di Yogjakarta dan mereka
berdua berkata bahwa mereka berdua kehabisan tiket kereta dan baru dapat tadi
sore. Dan mereka pun hendak berangkat besok jam 8 pagi. Kami pun bercerita dan
bercengkrama sembari menghabiskan malam bersama di kota Yogjakarta tercinta.
Ketika Rembulan semakin naik menuju peraduan kami
pun masih berbincang, bercengkrama, tertawa dan bertukar pikiran hingga
pergantian hari. Dan ketika waktu menunjukkan 00.30 malam Jorda dan Reza pun
pamit kepada kami dikarenakan esok pagi mereka berdua akan pulang kembali ke
Jakarta dan kami pun mengabadikan momen bersama mereka sebelum kami pulang ke
hotel.
Lalu kami pun saling merangkul dan mengucap terima kasih
atas perjalanan yang sangat mengasyikan dan mendebarkan serta pertolongan yang
diberikan dan kami pun berjalan menuju hotel sedangkan Jorda dan Reza menaiki
motor dan kembali ke tempat mereka menginap.
Kami pun berjalan dan melihat sudut jalan Malioboro yang
sepi dan ada pula Angkringan yang buka sampai tengah malam dan masih ramai
dikunjungi. Serta saya pun melihat musisi jalanan yang tak pernah mengenal
lelah dalam menghibur masyarakat dengan nyanyiannya ketika para musisi itu pun
bernyanyi di depan orang yang sedang makan di Angkringan. Saya pun berdua
bersama Bayu pergi membeli minum di Circle-K dan kami pun kembali ke hotel Puri
dan kami pun beristirahat.
Esok
paginya pada hari kedua kami di Jogja kami pun di bangunkan oleh Bang Okem dan
kami pun bersiap untuk mencari tiket kereta dan kami pun berjalan melewati
belakang Hotel kami dan kami pun menuju stasiun Leumpuyangan dan ketika kami
sampai sana dan melihat kelas Ekonomi sangat penuh, maka kami pun berganti
rencana dan memilih membeli tiket kereta di Alfamart dan kami dapat kelas
Bisnis untuk keberangkatan tanggal 12 seharga Rp140.000.
Kami
pun bertemu dengan Rama dan Egan yang sudah bersiap untuk kembali ke Jakarta
dan kami pun saling berangkulan dan berterima kasih atas petualangan yang
mendebarkan selama ini, lalu Rama dan Egan pun menuju stasiun Yogjakarta dengan
menggunakan becak. Lalu kami pun kembali menuju Hotel dan sesampainya di hotel
kami pun bersantai dan menonton siaran masakan di televisi.
Menjelajahi
Goa Pindul, Tempat Wisata tersembunyi di Kabupaten Gn.Kidul
Siangnya
sekitar jam 11 siang Bang Usep datang menghampiri kami dan kami pun
bersiap-siap untuk pergi bersama Bang Usep. Kami pun berangkat dan kami pun
dikenalkan dengan teman Bang Usep bernama Imam dan kami pun berjalan menuju Goa
Pindil yang berada di Kabupaten Bantul. Ketika kami berjalan tiba-tiba kami pun
melewati Wonosari dan saya pun melihat Kids Fun. Kids Fun merupakan tempat wisata
keluarga dan area bermain anak yang pada saat saya kecil dahulu. Saya pun
sempat beberapa kali mengunjungi tempat tersebut ketika saya mudik dahulu dan
permainan yang paling saya sukai adalah mendayung perahu melewati terowongan
karena pada saat itu permainan itu merupakan permainan yang ekstrim dan
menegangkan bagi saya.
Setelah
memasuki wilayah Gunung Kidul, Kabupaten Bantul kami pun mencari jalan menuju Goa Pindul. Dan
setelah lama kami mencari dan kami pun menemukan tempat wisata Goa Pindul itu dan
kami pun bersiap untuk memasuki Goa Pindul tersebut.
Goa
Pindul bersasal dari kata Pipi kejendul. Goa Pindul terletak di Dusun Gelaran 1, Desa Bejiharjo,
Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY. Dari Kota Wonosari
(ibukota Gunungkidul) berjarak 7 Km dan dari Kota Yogyakarta berjarak 42 Km.
Rute ke obyek wisata ini adalah dari Yogyakarta - Jalan Wonosari – Bukit
Bintang – Bundaran Siyono belok kiri – Perempatan Grogol belok kiri – masuk
Bejiharjo. Alternatif kedua rute wisata: Yogyakarta - Jalan Wonosari – Bukit
Bintang – Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba – Desa Wisata Bobung (kerajinan
Topeng) – Sambipitu – Rest Area Bunder – Bundaran Siyono belok kiri –
Perempatan Grogol belok kiri – masuk Bejiharjo.
Goa
Pindul baru diketahui dan dijadikan objek wisata tahun 2010 lalu. Obyek ini
termasuk baru dan bisa menjadi salah satu alternatif wisata Goa di wilayah
Gunungkidul, DIY. Bila kita berkunjung ke sana akan disuguhi pemandangan susur
sungai bawah tanah di dalam goa sambil melihat stalaktit dan stalagnit yang
mempesona. Susur sungainya dilalui lebih kurang 45-60 menit dan jarak yang
ditempuh 300 meter dengan alat pelampung berupa ban.
Selanjutnya
kami akan melewati zona II yaitu zona remang, disini kami melihat kelelawar dan
batuan stalagnit yang agak berbeda dari zona sebelumnya. Selain itu juga cahaya
yang ada juga makin berkurang. Dan terakhir atau zona III adalah zona gelap,
dimana cahaya benar-benar tidak ada (gelap). Hanya mata kelelawar dan suara
gemericik air dalam goa yang dapat kami lihat dan dengar. Di zona ini sangat
cocok untuk waktu renungan dan sejenak merasakan kehidupan tanpa indera
penglihatan.
Dan
ketika mendapat kesempatan berfoto kami pun mengabadikan gambar dan berenang di
dalam Goa dengan pelampung yang kami kenakan dan kami pun bermain air dan
sebagai
korban telepon genggam
Bayu yang sudah di simpan dalam plastik menjadi kemasukan air dikarenakan
mengikat yang kurang kencang. Kami pun berenang ketika hendak keluar dan ban
tersebut sudah di bawa oleh Pemandu dan kami pun berenang dan bermain air dan
itu merupakan pengalaman berkesan dan penguji adrenalin bagi saya karena di
dalam Goa dengan kedalaman 13 meter saya dilepas tanpa ban dan hanya
menggunakan pelampung.
Kami
pun kembali pulang dan di perjalanan Bang Okem, Bayu dan Imam pun tertidur dan
saya pun mengobrol dengan Bang Usep dan kami pun makan dahulu di Gunung Kidul
dan Bang Okem, Bayu dan Imam pun bangun dan kami pun makan Indomie rebus dari
atas tempat seperti gubug yang dimana pemandangannya sangat indah.
Bertemu
Ayah yang sedang Dinas & Menelusuri Tiap Sudut Jalan Malioboro
Setelah makan kami pun kembali ke hotel dan ketika
malamya ayah saya mendapat tugas dinas dan beliau pun sedang berada di Jogja
sekarang. Saya pun keluar dan menemui ayah saya. Saat bertemu saya pun langsung
merangkul ayah saya dan saya pun ke tempat dimana ayah saya menginap. Setelah
memberi kabar kepada ibu saya bahwa saya telah bertemu dengan ayah saya maka
saya dan ayah saya pun jalan ke Malioboro dan ayah saya pun membeli KFC untuk
saya, dan teman-teman. Lalu saya pun berpisah dengan ayah saya dan mencari Bang
Okem dan Bayu yang sedang menelusuri Malioboro dan saya pun menghampiri Bang
Okem dan Bayu yang sedang duduk di pinggir parkiran motor di Malioboro. Kami
pun mengobrol sampai jam 10 malam dan sembari menunggu Bang Usep. Dan ketika
kami pulang ke hotel untuk menyimpan KFC tak lama kemudian Bang Usep pun datang
dan menjemput kami. Lalu Bang Usep mengajak kami makan di Angkringan sebelah
stasiun. Ketika waktu menunjukkan jam 12 malam kami pun pulang dan berjalan
menuju hotel melewati jalan lain yang jalannya keluar masuk gang. Kami pun
melihat sejumlah 30 orang bule berpesta sambil bernyanyi dan dalam keadaan mabuk.
Kami pun bergegas meninggalkan mereka dan ketika sampai di hotel kami pun tidur
dan beristirahat.
Hari ketiga kami di Jogja, pagi harinya Bang Okem bangun
dan sarapan dengan KFC lalu tertidur kembali, dan ketika saya dan Bayu bangun
kami pun langsung sarapan dan Bayu pun tidur kembali. Ketika Bang Okem dan Bayu
beristirahat saya pun keluar dan jalan bersama ayah saya dan seperti bagaimana
ayah saya bila berkunjung ke Jogja ayah saya selalu makan di Rumah Makan Ayam
Kampung bernama Ayam Mbok Sabar. Saya pun hanya makan sedikit disana dan saya
pun mengantarkan ayah saya ke rumah teman ayah saya lalu saya pun pulang.
Ketika saya pulang dan masih melihat Bayu dan Bang Okem tertidur maka saya pun
memutuskan untuk berkeliling Malioboro dan membeli Cendera Mata. Dan ketika
saya sudah cukup untuk membeli oleh-oleh saya pun kembali ke hotel.
Siangnya ketika Bang Okem dan
Bayu bangun mereka pun jajan dan mencoba kuliner di sepanjang jalan Malioboro
dan kami pun menuju Pasar Beringharjo. Di dalam pasar Bayu mencari seprei dan
saya pun membeli sebuah mainan yang bisa dijadikan sebagai suara Ayam dan Bang
Okem yang mengincar wanita penjual kain yang berwajah sedikit Arab. Lalu kami
pun menelusuri Malioboro dari ujung kiri dan berpindah ke ujung kanan dan sesekali
kami pun beristirahat dan
makan di angkringan dan
kami pun berjalan kembali dan setelah kami lelah kami pun kembali menuju hotel
dan beristirahat mengisi tenaga untuk berjalan bersama Bang Usep nanti.
Penutupan
sebelum Kembali ke Jakarta : Pantai Depok dan Sego Macan 1
Sorenya
Bang Usep mengajak kami menuju sebuah pantai bernama Pantai Depok dan kami pun
dikenalkan dengan kedua teman Bang Usep bernama Lia dan Niken. Saat sampai di
pantai Depok kami pun menyantap masakan sea food dan tanpa basa basi kami pum
memakannya. Dan malamnya ketika kami selesai makan kami pun menghangatkan diri
pada Sego Macan 1 di Selokan Mataram, depan fakultas peternakan UGM, Kabupaten
Sleman dan kami pun memesan kopi klotok dan seperti biasa saya hanya memesan es
teh manis karena saya kurang menyukai kopi. Dan ketika malam pun semakin larut
kami pun bergegas kembali pulang dan kami pun tidur dan beristirahat..
Jakarta
I’m Coming…..
Pagi
harinya pun terasa sangat menyedihkan, karena itu adalah hari terakhir saya di
Jogja sebelum saya berangkat nanti sore. Dan ketika semua masih pada tidur saya
pun keluar dan berbelanja sendiri dan ketika saya sudah puas untuk berbelanja
saya pun kembali. Ketika Bang Okem dan Bayu telah bangun kami pun mandi dan
mempacking ulang barang-barang dan tak lama kemudian kami check out dan
menitipkan carrier. Kami pun keluar dan makan di McDonald Malioboro Mall. Kemudian
kami pun menukarkan tiket kereta. Ada kejadian lucu disitu ketika saya dan Bang
Okem menukarkan tiket Bayu pun tiba-tiba ke kamar mandi dan tiba-tiba hilang
dan ketika kami cari tahu-tahu Bayu sudah di depan Hotel ini terjadi karena
saya dan Bang Okem dengan Bayu melihat ke arah yang berlawanan dan tidak saling
melihat.
Dan
kami pun berjalan – jalan menelusuri Malioboro dan yang seperti malam kemarin
kami berjalan keluar masuk gang dan tak lama kemudian kami pun kembali ke hotel
dan mengangkat barang dan kami pun berjalan menuju stasiun Tugu Jogjakarta dan
sebelum itu kami
pun makan terlebih
dahulu di Angkringan dan kami pun menunggu Bang Usep untuk berpamitan. Kami pun
menunggu Bang Usep di dekat pintu masuk stasiun.
Dan
ketika waktu menunjukkan sudah hampir jam setengah 7 tak lama kemudian Bang
Usep beserta anak dan istrinya datang mengantar kepergian dan kepulangan kami
di stasiun dan ayah saya pun datang dan membelikan saya bapia untuk Fana dan
ayah saya pun membelikan makanan untuk Saya, Bang Okem dan Bayu. Lalu kami
berpamit kepada ayah saya dan tak lama kemudian ayah saya pun kembali ke tempat
temannya.
Kami
pun berbincang-bincang dengan Bang Usep dan tak lama ketika waktu semakin
menunjukkan tepat jam setengah 7, kami pun berpamitan kepada Bang Usep. Saya,
Bang Okem dan Bayu pun merangkul Bang Usep dan kami pun bergegas masuk menuju
kereta.
Di
dalam kereta kami bertiga pun berbincang-bincang dan mengobrol walaupun hanya
menyisakan Saya, Bang Okem dan Bayu dan ketika kereta sudah jalan kami pun melepas
lelah dengan tidur dan beristirahat. Dan ketika jam 9 malam saya pun terbangun
dan saya pun membangunkan Bang Okem dan Bayu. Saya pun mengajak mereka untuk
makan. Saya dan Bayu pun makan terlebih dahulu lalu Bang Okem. Lalu kami pun
kembali tidur dan beristirahat.
Paginya
pun ketika jam 02.30 saya pun bangun dan kami pun berada di stasiun Bekasi dan
saya pun membangunkan Bang Okem dan Bayu dan kami pun memasuki stasiun
Jatinegara hingga sekitar jam 03.30 kami pun sampai di stasiun Pasar Senen
setelah itu kami pun keluar.
Saya
dan Bayu pun sempat bingung terluntang-lantung karena Bayu pun kurang faham
daerah Senen. Lalu Bang Okem pun menawarkan kami naik taksi tetapi kami pun
hendak naik Busway. Tetapi kami lebih memilih naik Busway dan Bang Okem pun tetap
ingin naik taksi.
Saya
dan Bayu pun berpamitan dengan Bang Okem dan kami pun saling merangkul dan berterima
kasih atas perjalanan yang sangat panjang nan indah ini karena hanya kami
bertigalah yang paling lama berlibur. Hingga akhirnya Bang Okem naik taksi
menuju Blok-M.
Kami
berdua pun terluntang – lantung mencari halte Busway dan kami pun menunggu Busway
sampai jam 05.00 pagi. Ketika loket Busway pun sudah di buka kami pun naik
Busway menuju Harmoni. Saat sampai di Harmoni kami pun turun dan menunggu Busway
yang menuju Blok-M, ketika di dalam Busway Bayu pun tertidur karena kelelahan
dan saya pun menikmati pagi Kota Jakarta dengan melewati Masjid Istiqlal,
Monas. Kemudian Bundaran Hotel Indonesia, Senayan, dan terakhir Blok-M.
Sesampainya di Blok-M kami pun menaiki metro mini, nomor 71 yang melewati jalan
Haji Nawi dan kami pun menuju kerumah Bayu.
Sesampainya
di rumah Bayu saya pun beristirahat dan kami pun merebahkan diri dan sarapan. Lalu
saya pun bermain PS dengan Bayu untuk menghilangkan jenuh, tetapi saya selalu kalah
ketika bermain bersama Bayu.
Kembali
Menuju Tujuan Akhir Bogor dan Beristirahat
Jam
11 siang Bayu pun mengantar saya menuju stasiun Tanjung Barat dan saya pun
berpamitan kepadanya dan merangkulnya. Setelah Bayu pun mengantar saya dan
kembali pulang saya pun membeli tiket kereta dan menuggu kereta menuju Bogor.
Ketika menaiki kereta saya pun mengalami salah kereta, mulanya saya mengira
kereta ekonomi sebagai kereta Commuter dan ketika saya memastikan bahwa itu
kereta ekonomi saya pun langsung turun di Universitas Pancasila dan menunggu
kereta Commuter dan ketika Commuter datang, tanpa pikir panjang saya pun
langsung naik. Dan saya pun menikmati perjalanan saya di dalam kereta.
Ketika
sampai di Bogor pacar saya, Fana pun menjemput saya dan ia pun sempat kaget
dengan saya, karena saya memakai penutup kepala, berjeket tebal dan membawa
tongkat. Sekedar info ketika saya mendaki gunung dan turun saya selalu membawa
tongkat sebagai bukti bahwa saya pernah menaklukan medan dalam mendaki gunung.
Saya
dan Fana pun naik becak menuju mawar dan naik angkot menuju rumah saya. Dan
ketika saya dan Fana hendak berjalan pulang menuju rumah kami pun bertemu ibu
saya yang hendak mengantar adik saya sekolah. Perasaan saya melihat ibu saya,
senang bukan main dan saya pun mencium tangan ibu saya dan memeluknya dan tak
lupa pula saya mencium adik saya.
Tak
lama kemudian ibu saya mengantar adik saya sekolah dan saya pun membeli es buah
bersama Fana sembari menunggu ibu saya. Ketika ibu saya sudah mencapai rumah saya
dan Fana pun menuju rumah. Sesampainya di rumah saya pun mengeluarkan
barang-barang sembari menceritakan pengalaman saya kepada ibu dan Fana. Setelah
lama berbincang-bincang saya dan Fana pun makan dan saya pun berbincang-bincang
kembali bersama Fana dan ketika hari semakin sore saya pun mengantar Fana
pulang menuju rumahnya.
Akhir
Kata dan Penutup
Akhir
kisah inilah cerita tentang liburan saya dalam melaklukan Puncak Mahameru puncak
tertinggi di pulau Jawa dengan ketinggian 3676 mdpl dan setelah itu saya menuju
Surabaya, Sragen, Yogyakarta, serta kembali menuju Jakarta dan Bogor.
Dari
dalam lubuk hati saya terdalam terima kasih untuk teman-teman, rekan-rekan,
saudara-saudara dan pembaca-pembaca sekalian karena telah membaca dan mengikuti
kisah ini dari awal perjalanan saya sampai akhir perjalanan saya ini.
Saya
pun menerima dengan terbuka kritik dan saran tentang cerita pengalaman saya ini
karena agar untuk kedepannya semua hasil karya saya dapat lebih baik lagi dan
lebih membangun.
Semoga
kisah ini menjadi Inspirasi yang membangun dan menjadikan kita sebagai manusia
yang Cinta akan Ciptaan-Nya dan Kekuasaan-Nya umumnya untuk kita semua dan
khususnya untuk diri saya sendiri dan semoga kita selalu menjadi manusia yang
bersyukur.
Amin
Ya Rabbal Alamin.
Dan
berikut adalah rincian dana dan pengeluaran selama saya berlibur dan mohon maaf
apabila dalam rincian dana serta pengeluaran ini terdapat kekurangan dan semoga
rincian ini dapat menjadikan informasi bermanfaat bagi kita semua.
*Rp 52.000 = Tiket
kereta ekonomi Matarmaja dari Senen menuju Malang
*Rp 100.000 = Membeli
perelengkapan logistik, per orang
Rp 30.000 = Surat
dokter (persyaratan penting untuk mendaki Semeru) Saya,Bayu&Rio
Rp 6000 = Transport
Metro Mini + Angkot ke Ciputat
Rp 35.000 = Matras
Rp 70.000 = Biaya
makan, minum, camilan, cas, mandi dan biaya tak terduga (kejutan)
lainnya
dari tanggal 2 – 8 Sepetember
Rp 10.000 = Angkot
dari stasiun Malang menuju Tumpang, per orang
Rp 40.000 = Membeli
beras, sayur, daging, telur, dan perlengkapan makan yang tak
tahan
lama, per orang
Rp 10.000 = Administrasi
di Ranu Pane, per orang
Rp 30.000 = Truk
pasar pengangkut sayur, per orang
Rp 10.000 = Angkot
dari Tumpang menuju Arjosari, per orang
Rp 10.000 = Kereta
dari Malang menuju Surabaya, per orang
Rp 28.000 = Patas
Jateng Bis Surabaya menuju ke Solo, per orang
Rp 15.000 = Patas
Jatim, Bis dari Malang menuju Surabaya per orang
Rp 10.000 = Kereta
dari Solo menuju ke Jogja, per orang
Rp 140.000 = Kereta
kelas bisnis dari Yogjakarta menuju Jakarta, Saya, Bang
Okem
dan Bayu
Rp 90.000 = Menginap
di Puri Hotel sebelah Malioboro Mal selama 3 hari, saya, Bang
Okem
dan Bayu
Rp 65.000 = Biaya
makan, minum, camilan, jajan, transport, biaya tak
terduga lainnya dari tanggal 9 – 13 Sepetember
Rp 35.000 = Caving
di gua Pindil, saya, Bang Okem, dan Bayu
Rp 160.000 = Belanja
di Malioboro oleh-oleh dan sebagainya
Rp 4000 = Busway
+ Metromini, saya dan Bayu
Rp 7000 = Comuter
dari Tanjung Barang menuju Bogor
Total
Anggaran Dana Pengeluaran = Rp 987.000
*ket: merupakan biaya
yang sudah dikeluarkan sebelum saya Berangkat ke Malang
Sedangkan biaya normal
yang saya bawa adalah sebesar Rp 835.000
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar