ETIKA PROFESI DALAM
BIDANG TEKNIK INDUSTRI
Ada dua macam etika
yang harus dipahami bersama dalam
menentukan baik dan buruknya prilaku manusia:
· ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang
berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan
apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
· ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang
berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian
sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan.
Kode Etik Professi
Kode, yaitu tanda-tanda
atau simbol-simbol yang berupakata-kata, tulisan atau benda yang disepakati
untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan
atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan
peraturan yang sistematis.
Kode etik, yaitu norma
atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah
laku sehari- hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Menurut UU NO. 8
(Pokok-pokok Kepegawaian) Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku
dan perbuatan dalam melaksanakan tugas
dan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh tertua adalah: SUMPAH
HIPOKRATES yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.
Hipokrates adalah
doktren Yunani kuno yang digelari: BAPAK
ILMU KEDOKTERAN. Beliau hidup dalam abad ke- 5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah
belum tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi
setidaknya berasal dari kalangan murid-muridnya dan meneruskan semangat
profesional yang diwariskan oleh dokter Yunani ini.
Faktor yang
Mempengaruhi Pelanggaran Etika
· Kebutuhan individu.
· Korupsi alasan ekonomi.
· Tidak ada pedoman.
· Area “abu-abu”, sehingga tak ada
panduan.
· Perilaku dan kebiasaan individu.
· Kebiasaan yang terakumulasi tak
dikoreksi.
· Lingkungan tidak etis.
· Pengaruh dari komunitas.
· Perilaku orang yang ditiru.
· Efek primordialisme yang kebablasan.
Sangsi Pelanggaran
Etika
· Sanksi Sosial
Skala relative kecil,
dipahami sebagai kesalahan yang dapat “dimaafkan”.
· Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan
hak pihak lain. Hukum pidana menempati prioritas utama, diikuti oleh hukum
Perdata.
Seorang pelaku profesi
harus memiliki sifat – sifat berikut:
1. Menguasai ilmu secara mendalam di
bidangnya.
2. Mampu mengkonversi ilmu menjadi
keterampilan.
3. Menjunjung tinggi etika dan integritas
profesi
Profesional adalah
orang yang menjalankan profesinya secara benar menurut nilai-nilai normal.
Untuk menjadi orang yang professional, diperlukan : komitmen, tanggung jawab,
kejujuran, sistematik berfikir, penguasaan materi, menjadi bagian masyarakat
professional.
Peranan Etika Profesi
dalam Bidang Teknik Industri
Banyak orang yang salah
menginterpretasikan pengertian tentang teknik industri. Istilah “industri”
dalam berbagai kasus sering dilihat dalam kaca-mata sempit sebagai “pabrik”
yang banyak bergelut dengan aktivitas manufakturing. Meskipun secara historis
perkembangan profesi teknik industri berangkat dari disiplin teknik mesin
(produksi) dan terutama sekali sangat erat kaitannya dengan proses manufakturing
produk dalam sebuah proses transformasi fisik; disiplin teknik industri telah
berkembang luas dalam beberapa dekade terakhir ini. Sesuai dengan “nature”-nya,
industri bisa diklasifikasikan secara luas yaitu mulai dari industri yang
menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur) sampai ke produk-jasa (service)
yang non-fisik. Industri juga bisa kita bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir
sampai ke skala kecil-menengah-besar. Demikian juga problematika yang dihadapi
oleh industri (yang kemudian menjadi fokus kajian disiplin teknik industri)
bisa terfokus dalam ruang lingkup mikro (lantai produksi) dan terus melebar
luas mengarah ke problematika manajemen produksi (perencanaan,
pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian sistem produksi) yang harus
memperhatikan sistem lingkungan (aspek politik-sosial-ekonomi-budaya maupun
hankam) dalam setiap langkah pengambilan keputusan berdimensi strategik.
`Disiplin Teknik
Industri melihat setiap persoalan dengan metode pendekatan sistem dimana segala
keputusan yang diambil juga selalu didasarkan pada aspek teknis (engineering
area) dan aspek non-teknis. Wawasan “Tekno-Sosio-Ekonomi” akan mewarnai
penyusunan kurikulum pendidikan teknik industri dan merupakan karakteristik
yang khas yang menggambarkan ciri keunggulan serta membedakan disiplin ini
dengan disiplin-disiplin keteknikan yang lainnya. Sebegitu luas ruang lingkup
yang bisa yang bisa digapai oleh profesi teknik industri seringkali membuat
kesulitan tersendiri didalam memberikan identitas yang jelas dan tegas mengenai
apa yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh profesi ini. Disiplin teknik industri
pada hakekatnya bisa dikelompokkan kedalam tiga topik besar permasalahan yang
dijumpai di industri yang selanjutnya bisa dipakai sebagai landasan utama
pengembangan disiplin ini; yaitu pertama, berkaitan erat dengan
permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi
di lantai produksi. Disini akan menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi
pada saat proses transformasi (seringkali juga disebut sebagai proses nilai
tambah) dan aliran material yang berlangsung dalam sistem produksi yang terus
berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari produk akhir
(output) menuju ke konsumen. Topik kedua berkaitan dengan dinamika aliran
informasi. Persoalan pokok yang ditelaah dalam hal ini menyangkut aliran
informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan manajemen
khususnya dalam skala operasional. Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
produksi agregat, pengendalian kualitas, dan berbagai macam problem manajemen
produksi/operasional akan merupakan kajian pokoknya. Selanjutnya topik ketiga
cenderung membawa disiplin teknik industri ini untuk bergerak kearah
persoalan-persoalan yang bersifat makro-strategis. Persoalan yang dihadapi
sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan persoalan-persoalan yang timbul di lini
aktivitas produksi ataupun manajemen produksi melainkan terus melebar ke
persoalan sistem produksi/industri dan sistem lingkungan yang berpengaruh
signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini cenderung membawa
disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan-persoalan teknis
(deterministik-fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di lini produksi (topik
pertama) dan lebih banyak bergelut dengan persoalan non-teknis
(stokastik-abstraktif-kualitatif). Berhadapan dengan problematika yang
kompleks, multi-variable dan/atau multi-dimensi; maka disiplin teknik industri
akan memerlukan dasar kuat (dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun
sosial-ekonomi) untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan
persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya.
Begitu luasnya ruang
lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri jelas
akan membawa persoalan tersendiri bagi profesional teknik industri pada saat
mereka harus menjelaskan secara tepat “what should we do and where should we
work” ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara memuaskan oleh
mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan yang sering
dihadapi adalah bahwa seorang profesional teknik industri sering dijumpai
berada dan “sukses” bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke
lini manajerial. Seorang professional teknik industri seringkali membanggakan
kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses perancangan produk,
perancangan tata-cara kerja sampai dengan mengembangkan konsep-konsep strategis
untuk mengembangkan kinerja industri. Seorang professional teknik industri akan
bisa menunjukkan cara bekerja yang lebih baik, lebih cerdik, lebih produktif,
dan lebih berkualitas. Seorang profesional teknik industri bisa diharapkan
sebagai “problem solver” untuk membuat sistem produksi bisa dioperasikan dan
dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Untuk itu
eliminasi berbagai hal yang bersifat kontra-produktif seperti pemborosan waktu,
uang, material, enersi dan komoditas lainnya merupakan fokus utama yang harus
dikerjakan.
Dengan mengacu pada
ABET-Engineering Criteria 2000, maka seorang profesional Teknik Industri tidak
saja harus menguasai kepakaran (hard-skill)Teknik Industri; tetapi juga harus
memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan/kompetensi lainnya (soft-skill)
seperti (a) kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), (b) pemahaman
tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi, (c) kemampuan berkomunikasi
baik lisan maupun tulisan, (d) kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), (e)
kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai
macam isue kontemporer, aktual maupun situasional dan (f) kemampuan
berorganisasi, manajemen dan leadership, dan sebagainya. Berdasarkan ABET
Engineering Criteria 2000 tersebut, seorang profesional Teknik Industri tidak
saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi
keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan
kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat.
Guna mengantisipasi
problematika industri yang semakin luas dan kompleks, maka disiplin teknik
industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun penyesuaian dengan arah
perkembangan yang ada. Adanya kehendak untuk meningkatkan produktivitas,
kualitas, dan disisi lain harus diikuti pula dengan keinginan untuk menekan
biaya produksi (costs reduction program) serta waktu penyampaian barang (time
delivery) secara tepat waktu merupakan langkah-langkah strategis yang harus
dipikirkan oleh profesi teknik industri agar bisa meningkatkan daya saing
perusahaan. Selain itu ruang lingkup pasar tidak lagi harus bersaing di tingkat
lokal (nasional) melainkan mengarah ke tingkat persaingan pasar global.
Perubahan tantangan yang dihadapi oleh dunia industri jelas sekali juga akan
membawa perubahan pada fungsi dan peran yang harus bisa dimainkan oleh disiplin
teknik industri. Kalau pada awalnya profesi teknik industri secara tradisional
mengurusi persoalan-persoalan di tingkat pengendalian operasional (manajemen
produksi) seperti perancangan-perancangan tata-letak mesin, tata-cara kerja,
sistem manusia-mesin (ergonomi) dan penetapan standard-standard kerja; maka
dalam beberapa dekade terakhir ini profesi teknik industri lebih banyak
dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
perencanaan strategis dan pengambilan keputusan pada tingkat manajemen puncak.
Persoalan yang dihadapi oleh profesi teknik industri tidak lagi dibatasi dalam
skala kecil (mikro) melainkan berkembang ke skala besar (makro). Sebagai contoh
kalau awalnya studi pengukuran kerja lebih difokuskan ke skala stasiun kerja
sekedar mendapatkan standard-standard (waktu, output ataupun upah) kerja untuk
merealisasikan konsep “the fair day’s pay for the fair day’s work”; maka peran
profesi teknik industri modern belakangan ini banyak diperlukan untuk melakukan
pengukuran produktivitas dan kinerja makro organisasi-perusahaan guna menilai
sehat tidaknya kondisi industri tersebut.
Ditengah-tengah
keterpurukan industri nasional (baik yang bergerak di sektor manufaktur maupun
jasa) didalam menghadapi persaingan global; disiplin teknik industri sudah
sepatutnya mengambil peluang ini dengan menunjukkan letak keunggulan disiplin
teknik industri dibandingkan dengan disiplin keteknikan maupun keilmuan yang
lain untuk memberi solusi-solusi yang lebih cerdas. Tantangan maupun ancaman
yang menimpa industri nasional justru membuka peluang lebih besar bagi disiplin
teknik industri untuk melakukan penelitian-penelitian baik berupa penelitian
dasar (fundamental research), penelitian terapan (applied research), ataupun
penelitian tindakan/pesanan (action research). Cukup banyak kasus yang bisa
ditarik dari situasi dan kondisi yang terjadi di industri nasional yang memberi
banyak peluang bagi kita untuk mengaplikasikan semua “IE’s tools” yang kita
miliki guna memberikan analisa dan jawaban konkrit. Karakteristik disiplin
teknik industri yang menekankan model pendekatan sistemik, holistik, serta
komprehensif-integral akan sangat efektif untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan industri yang memiliki spektrum luas dari ranah mikro
(teknis-operasional) sampai ke makro (sosial-ekonomis-lingkungan).
Sumber
– sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar