Senin, 07 Oktober 2013

Aktivitas Otak Gamer Sama dengan Pejudi


Sebuah penelitian yang dilakukan baru-baru ini berhasil mengidentifikasikan bahwa otak gamer remaja sewaktu bermain mendapatkan rangsangan pada bagian yang berkaitan dengan sistem "imbalan" dan terus berkembang, tidak peduli itu saat sedang menang atau kalah.

Kondisi otak yang sama ternyata juga didapati pada otak pemain judi yang terus bermain meski kemungkinan menang taruhan sangatlah tipis. Kesimpulan itu didapatkan dari penelitian atas 154 remaja yang sehat berusia 14 tahun yang bermain video game rata-rata 12 jam dalam seminggu.

Otak mereka dipindai selama bermain video game di PC. Hasilnya, anak yang menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain game ternyata didapati aktivitas di bagian otak yang banyak mengandung dopamin yang mengirimkan sinyal kenikmatan dan kepuasan.

Hasil pemindaian itu menunjukkan bahwa mereka menunjukkan respons lebih cepat sewaktu diminta mengambil keputusan, serta bagian otak yang berkaitan dengan "imbalan" juga memberikan reaksi meski sedang kalah. Kondisi tersebut ternyata juga ditemui pada para pencandu judi.

Dr Simone Kuhn dari Ghent University di Belgia, pemimpin riset ini, menjelaskan, meskipun subyek penelitian tidak kecanduan video game, hasilnya mengindikasikan bahwa bermain video game terkait dengan kecanduan.

Dr Henrietta Bowden-Jones, ahli saraf dari Imperial College London, kepada Telegraph, mengatakan, temuan ini memberikan pemahaman lebih jelas antara bermain game dan kecanduan untuk aktivitas lainnya.

Hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi ilmu untuk mengatasi kecanduan pada manusia. Namun, hasil eksperimen tersebut belum menyimpulkan relasi yang jelas antara bermain game menyebabkan peningkatan aktivitas otak atau justru otak mereka yang mendorong untuk banyak bermain.

Para peneliti dalam laporannya di Translational Psychiatri Journal mengungkapkan, anak-anak dengan fitur otak seperti ini bisa mendapatkan pengalaman lebih mendalam sewaktu bermain video game. Artinya, mereka terdorong untuk lebih ahli bermain sehingga mendapat hasil yang lebih memuaskan.

Analisis Saya : Kemampuan multitasking dan fokus terhadap perintah yang diberikan terbukti berpengaruh pada aspek kognitif gamer. Untuk mengukur tingkat kemampuan multitasking dan fokus para lansia, peneliti menggunakan electroencephalography untuk memantau reaksi otak saat dihadapkan pada perintah di menu game. Oleh sebab itu bermain game ada sisi positifnya asalkan mengenal waktu dan sikon.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar