Kondisi otak yang sama ternyata juga
didapati pada otak pemain judi yang terus bermain meski kemungkinan menang
taruhan sangatlah tipis. Kesimpulan itu didapatkan dari penelitian atas 154
remaja yang sehat berusia 14 tahun yang bermain video game rata-rata 12
jam dalam seminggu.
Otak mereka dipindai selama bermain video
game di PC. Hasilnya, anak yang menghabiskan waktu lebih banyak untuk
bermain game ternyata didapati aktivitas di bagian otak yang banyak
mengandung dopamin yang mengirimkan sinyal kenikmatan dan kepuasan.
Hasil pemindaian itu menunjukkan
bahwa mereka menunjukkan respons lebih cepat sewaktu diminta mengambil
keputusan, serta bagian otak yang berkaitan dengan "imbalan" juga
memberikan reaksi meski sedang kalah. Kondisi tersebut ternyata juga ditemui
pada para pencandu judi.
Dr Simone Kuhn dari Ghent University
di Belgia, pemimpin riset ini, menjelaskan, meskipun subyek penelitian tidak
kecanduan video game, hasilnya mengindikasikan bahwa bermain video game
terkait dengan kecanduan.
Dr Henrietta Bowden-Jones, ahli
saraf dari Imperial College London, kepada Telegraph, mengatakan, temuan ini
memberikan pemahaman lebih jelas antara bermain game dan kecanduan untuk
aktivitas lainnya.
Hasil penelitian ini menjadi
sumbangan bagi ilmu untuk mengatasi kecanduan pada manusia. Namun, hasil
eksperimen tersebut belum menyimpulkan relasi yang jelas antara bermain game
menyebabkan peningkatan aktivitas otak atau justru otak mereka yang
mendorong untuk banyak bermain.
Para peneliti dalam laporannya di
Translational Psychiatri Journal mengungkapkan, anak-anak dengan fitur otak
seperti ini bisa mendapatkan pengalaman lebih mendalam sewaktu bermain video
game. Artinya, mereka terdorong untuk lebih ahli bermain sehingga mendapat
hasil yang lebih memuaskan.
Sumber : http://tekno.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar