Wakil Ketua Dewan Pers Bambang
Harymurti mengkritik Rancangan Undang-Undang (RUU) Konvergensi Telematika.
Niat pemerintah mengatur teknologi komunikasi dan informasi justru malah
membuat Indonesia berjalan mundur.
Hal itu diungkapkan Bambang dalam
diskusi ‘Penyusunan RUU Konvergensi Multi-Media’ yang digelar di Gedung Dewan
Pers, Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (26/5).
Bambang membandingkan pengaturan
teknologi komunikasi dan informasi yang ada di Indonesia berbeda jauh dengan
Malaysia. Pemerintah Malaysia secara terbuka dan tegas menyatakan internet
bebas sensor, bandingkan dengan Indonesia yang penuh dengan aturan ketat di
sana-sini.
“Semangat mengatur malah masuk ke
wilayah konten. Ini kemunduran luar biasa. Malaysia itu kan negaranya lebih
konservatif dari negara kita, tapi pemerintahnya sama sekali tidak ada larangan
terhadap internet,” tukas Bambang.
Pada zaman pemerintahan Mahathir
Muhammad, Malaysia bahkan telah melahirkan visi 2020, yakni knowledge based
society yang menargetkan masyarakat yang ada di luar bisa tersambung ke masyarakat
yang ada di dalam Malaysia.
“UU di Malaysia tidak ada sensor
internet. Pemerintah Malaysia bebaskan masyarakatnya untuk buka semua situs. Di
Indonesia justru dikenai sensor internet. Indonesia sudah mendekati Iran,” ujar
Bambang.
Dampak dari ketatnya pengaturan
tentu saja membuat Indonesia kian konservatif. Indonesia juga tertinggal dari
Malaysia dari segi modernisasi. Bambang pun merekomendasikan kepada pemerintah
Indonesia untuk tidak malu meniru yang baik dari Malaysia.
“Sudah 10 tahun internet bebas
sensor di Malaysia, tapi masyarakatnya tidak menjadi bejat. Bahkan, dalam Human
Development Index yang dirilis PBB, masyarakat Malaysia semakin tahun semakin
lebih baik dari Indonesia,” papar Bambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar